Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AP I Gencar Tawarkan Pengelolaan Bandara ke Investor Asing

PT Angkasa Pura I atau AP I gencar menawarkan pengelolaan bandara ke investor asing.
Yogyakarta International Airport atau YIA. / Dok. Istimewa
Yogyakarta International Airport atau YIA. / Dok. Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I gencar menjajaki kerja sama dengan sejumlah investor sebagai mitra strategis untuk mengembangkan 16 bandara yang tengah dikelolanya untuk membantu percepatan pemulihan pasca pandemi.

Salah satu yang terbaru adalah dengan Sinobec Group asal Kanada bersama dengan Whitesky Group.

Direktur Utama AP I Faik Fahmi mengatakan pandemi memang telah mengubah strategi bisnis perseroan, terutama dalam mengembangkan bandara. Saat ini, AP I cenderung memanfaatkan mitra strategis atau strategic partner untuk pemulihan pasca pandemi. Hal itu termasuk juga dengan mengoptimalkan aset.

“Ada beberapa penjajakan dengan pihak asing lain juga di luar Sinobec dan Whitesky tetapi semuanya sifatnya masih penjajakan,” ujarnya, Senin (21/11/2022).

Salah satu bandara yang sedang digenjot AP I untuk bisa mendapatkan mitra strategis adalah Yogyakarta International Airport atau YIA.

Bandara YIA, jelasnya, dibangun berdasarkan adanya permasalahan di bandara sebelumnya dan sekaligus menjadi peluang yang besar. Dengan demikian, YIA kini telah menjadi bandara yang bisa didarati pesawat berbadan besar dan terberat.

Dulunya, kata dia, pada periode 2016-2017, jumlah wisatawan asing mengalami penurunan akibat masalah aksesibilitas. Sebelum pembangunan YIA, pesawat yang bisa mendarat ke Yogyakarta adalah pesawat kecil yang harus dari Bali dulu. Dengan selesainya pembangunan YIA, dia memastikan penerbangan baik dari Eropa dan Asia lainnya bisa mendarat ke YIA.

Kehadiran mitra strategis, sebutnya, bisa mempercepat pertumbuhan pergerakan di bandara, sekaligus memperkaya fasilitas bandara untuk mendukung pariwisata.

Dia memerinci biaya untuk membangun YIA cukup besar yakni senilai Rp4,5 triliun untuk perluasan tanah sedangkan biaya pembangunan sendiri menelan Rp6,7 triliun.

“Mau tidak mau harus kita balikin, memang jadi obstacle pertama adalah pandemi, mulai kita dorong dan kita lebih kalau ada strategic partner bisa mempercepat pemulihan. Bisnis bandara itu menguntungkan sebetulnya. Kami sebelum pandemi dapat rating triple A investment grade, jadi sangat bagus,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper