Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Pabrik RKEF Dimoratorium, MIND ID Bakal Gencar Bangun Pengolahan Limonit

Cadangan bijih nikel Indonesia diproyeksikan hanya bertahan sekitar 10 tahun mendatang.
Kantor Unit Bisnis Pertambangan Nikel PT Aneka Tambang Tbk. di Desa Buli, Kecamatan Maba, Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara./Bisnis-Akhirul Anwar
Kantor Unit Bisnis Pertambangan Nikel PT Aneka Tambang Tbk. di Desa Buli, Kecamatan Maba, Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara./Bisnis-Akhirul Anwar

Bisnis.com, JAKARTA — BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID atau Mining Industry Indonesia berencana untuk berinvestasi lebih intensif pada pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter bijih nikel kadar rendah atau limonit, dan menyetop  pabrik pirometalurgi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) tahun ini.

SVP Corporate Secretary MIND ID Heri Yusuf mengatakan subholding tambang nikel MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) belakangan berencana untuk membangun smelter dengan produk akhir mixed hydroxide precipitate (MHP) sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik mendatang.

Smelter itu sekaligus diharapkan dapat menyerap limonit yang saat ini belum optimal dikembangkan sisi midstream ekosistem kendaraan listirk domestik.

“PT Antam Tbk, tengah merencanakan pembangunan smelter untuk menghasilkan produk MHP yang nantinya akan digunakan sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik,” tuturnya, Senin (21/11/2022).

Selain itu, Heri menilai positif langkah pemerintah untuk mengambil kebijakan moratorium pabrik baru pirometalurgi RKEF saat ini. Manuver itu menjadi penting setelah cadangan bijih nikel Indonesia diproyeksikan hanya bertahan sekitar 10 tahun mendatang.

“Sementara itu, bijih nikel kadar rendah saat ini masih belum digarap secara optimal. Padahal opportunity untuk pengolahan bijih nikel kadar rendah ini terbuka lebar,” kata dia.

Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) tengah menyusun kebijakan pemberhentian atau moratorium investasi baru pada pembangunan pabrik pirometalurgi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) yang menjadi lini hilir pengolahan bijih nikel kadar tinggi atau saprolite untuk kemudian menghasilkan stainless steel.

Kebijakan moratorium itu juga akan diikuti dengan penyesuaian corrective factor (CF) untuk harga patokan mineral (HPM) bijih nikel kadar tinggi. Harapannya, terjadi peralihan konsumsi bahan baku untuk pabrik pengolahan nikel pada limonit.

Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Irwandy Arif mengatakan manuver itu diambil untuk meningkatkan investasi baru pada pabrik hidrometalurgi yang mengolah lebih lanjut bijih nikel kadar rendah menjadi baterai kendaraan listrik hingga panel surya.

“Pak Menko Luhut sudah berbicara dengan Menteri ESDM dan Menperin supaya arah stainless steel yang memakan nikel kadar tinggi itu supaya dibatasi saja,” kata Irwandy saat diskusi daring, Jumat (18/11/2022).

Irwandy mengatakan kementeriannya bersama Kementerian Perindustrian tengah membahas intensifikasi hilirisasi dari bijih nikel kadar rendah tersebut seiring dengan rencana pemberhentian investasi baru pada pabrik berbasis teknologi RKEF penghasil stainless steel mendatang.

Di sisi lain, dia mengatakan, rencana moratorium itu masih terus dimatangkan selepas rapat awal yang telah dimulai sejak awal 2021.

“Awal tahun lalu sudah ada rapat internal ya, Rapim secara khusus perindustrian dan pertambangan, tapi harus didorong lagi supaya lebih maju,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper