Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan sejumlah perusahaan China mulai melirik industri aluminium nasional. Hal ini diyakini bakal menggairahkan hilirisasi bauksit yang sebelumnya stagnan.
Apalagi, dengan cadangan besar dan prospek pasar yang terus berkembang, bauksit dinilai memiliki peran kunci dalam mendorong penciptaan nilai tambah di dalam negeri. Bauksit merupakan bahan dasar penghasil alumina, sebagai bahan baku aluminium.
Sekretaris Ditjen Minerba Kementerian ESDM Siti Sumilah Rita Susilawati menuturkan, saat ini sudah ada beberapa perusahaan asal China yang berinvestasi di sektor hilirisasi bauksit. Perusahaan itu seperti Shandong Nanshan Aluminum di Kawasan Ekonomi Khusus Galang Batang di Pulau Bintan dan China Hongqiao Group melalui PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW) di Kalimantan Barat.
"Beberapa di antaranya juga merencanakan ekspansi ke smelter aluminium," kata Siti kepada Bisnis, Kamis (10/7/2025).
Indonesia tengah berupaya memuluskan hilirisasi bauksit yang selalu terkendala oleh pendanaan. Menurut Siti, tren hilirisasi bauksit saat ini berada dalam tahap transisi.
Dia menjelaskan, sejak diberlakukannya larangan ekspor bauksit mentah pada 2023, produksi menurun dan sejumlah proyek smelter masih dalam proses pembangunan.
"Tantangannya adalah percepatan realisasi investasi serta kesiapan infrastruktur pendukung," imbuh Siti.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, cadangan bauksit Indonesia mencapai sekitar 7,4 miliar ton, dengan 2,7 miliar ton di antaranya berstatus siap dieksploitasi. Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan cadangan bauksit terbesar di dunia.
Adapun, produksi bijih bauksit sempat menyentuh 31,8 juta ton pada 2022. Namun, setelah penerapan larangan ekspor, angka tersebut menurun menjadi 19 juta ton pada 2023.
Siti pun optimistis angka ini akan kembali meningkat seiring masuknya proyek-proyek hilirisasi baru yang telah mendekati tahap operasional.
Dia berharap hadirnya investor yang serius tidak hanya membangun pabrik pengolahan alumina, tetapi juga melanjutkan hingga produk akhir aluminium (end product).
"Dengan demikian, diharapkan terbentuk ekosistem industri yang berkelanjutan dan mandiri sehingga nilai tambah di dalam negeri dapat meningkat signifikan," tuturnya.
Kementerian ESDM tengah mengevaluasi pengajuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2024–2026 dari perusahaan pemegang izin usaha pertambangan (IUP) bauksit.
Rencana produksi nasional tahun ini diperkirakan sekitar 14 juta ton, menyesuaikan dengan kapasitas input dari fasilitas pemurnian dan pengolahan (smelter) yang saat ini berada pada level 13,88 juta ton per tahun.
Angka produksi ini berasal dari sekitar 15 hingga 16 perusahaan tambang bauksit yang telah memiliki afiliasi dengan smelter alumina. Saat ini, terdapat empat smelter bauksit yang telah beroperasi secara komersial, dengan total kapasitas input mencapai 13,88 juta ton per tahun, menghasilkan 4,3 juta ton smelter grade alumina (SGA).
Beberapa smelter tersebut, antara lain PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (Ketapang), PT Indonesia Chemical Alumina (Tayan), dan PT Bintan Alumina Indonesia (Bintan).
Namun demikian, kapasitas pengolahan alumina menjadi aluminium di dalam negeri masih terbatas. Pasalnya, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) di Kuala Tanjung merupakan satu-satunya produsen aluminium nasional dengan kapasitas input alumina sekitar 500.000 ton per tahun.
Siti pun mengatakan, ke depannya pengawasan terhadap pembangunan dan operasional smelter aluminium akan terus diperkuat.
Saat ini, kata dia, Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Penegakan Hukum (Ditjen Gakkum) memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan dan penindakan terhadap pelaku usaha yang tidak mematuhi ketentuan teknis, lingkungan, maupun tata kelola pertambangan yang baik.
"Kementerian ESDM akan terus berupaya memastikan bahwa investasi yang masuk benar-benar berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan, dengan memperhatikan kepatuhan terhadap regulasi dan perlindungan terhadap masyarakat serta lingkungan," ucap Siti.
Sejumlah Perusahaan China Mulai Lirik Industri Aluminium RI
Sejumlah perusahaan China mulai melirik untuk ekspansi ke smelter aluminium.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Mochammad Ryan Hidayatullah
Editor : Denis Riantiza Meilanova
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
Terpopuler
# Hot Topic
Rekomendasi Kami
Foto
