Bisnis.com, JAKARTA - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali baru saja usai. Namun, agenda bergengsi tersebut menjadi awal berkah buat Indonesia, salah satunya adalah untuk proyek infrastruktur transportasi massal.
Seperti diketahui, beberapa negara anggota G20 seperti Jepang, Inggris, dan Korea Selatan telah sepakat untuk berpartisipasi mengembangkan Moda Raya Terpadu atau MRT Jakarta.
Keikutsertaan Inggris dan Korea Selatan merupakan buah dari lawatan pemerintah pusat dan Provinsi DKI Jakarta ke sejumlah negara sejak pertengahan tahun ini. Kemudian, momen Presidensi G20 oleh Indonesia seakan menjadi pemulus kerja sama baru tersebut.
Bagi Jepang, ini bukan pertama kalinya. Negeri Sakura itu sudah berpartisipasi pada pembangunan proyek MRT Jakarta Fase 1 Lebak Bulus Bundaran–HI dengan panjang jalur 15,7 kilometer (km). Koridor Lebak Bulus–HI merupakan bagian dari pengembangan jaringan MRT lintas Utara–Selatan atau North–South dengan panjang kurang lebih 40 km.
Pada awalnya, Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) telah memberikan komitmen pinjaman (loan agreement) setara dengan Rp22,5 triliun. Pinjaman itu diberikan secara bertahap, yakni untuk Proyek Fase 1 yang sudah beroperasi sejak 2019, pinjaman yang digunakan hingga proyek rampung mencapai sekitar Rp9 triliun.
Selanjutnya, Jepang meneruskan komitmennya untuk pembiayaan proyek MRT Fase 2 yang masih berada di lintas Utara–Selatan. Proyek MRT Fase 2 dibagi menjadi dua bagian yakni Fase 2A Bundaran HI–Kota dan Fase 2B Kota–Ancol Barat.
Baca Juga
Demi mempercepat rampungnya keseluruhan fase proyek, PT MRT Jakarta (Perseroda) menegaskan bahwa proyek MRT Fase 2, 3, sampai dengan 4 akan dilaksanakan secara paralel. Apalagi, mengingat proyek Fase 3 lintas Timur–Barat memiliki panjang hingga 87 kilometer, membentang dari Balaraja hingga Cikarang.
Untungnya, pada momen KTT G20, Jepang meneruskan komitmennya untuk mendanai fase awal proyek MRT lintas Timur–Barat. Untuk proyek lintas Timur–Barat, JICA akan memberikan pinjaman untuk pembangunan fase 1 segmen 1 Kalideres–Ujung Menteng dengan jalur sepanjang sekitar 23 km.
Kerja sama Jepang dan Indonesia pada Proyek MRT Fase 3 akhirnya direalisasikan sebelum KTT G20, Senin (14/11/2022). Indonesia dan Jepang resmi menandatangani Memorandum of Cooperation (MoC) Proyek MRT Timur–Barat fase 1.
"Saya berharap kelanjutan kerja sama ini akan makin meningkatkan kerja sama kedua negara ke depannya di sektor perkeretaapian," ucap Wakil Menteri untuk Kerja Sama Luar Negeri Jepang Satoru Mizushima.
Kendati sudah bermitra lama dengan Jepang untuk MRT, pemerintah menilai adanya keharusan untuk bisa mendiversifikasi skema pendanaan yang sudah ada. Oleh karena itu, setelah cukup lama bergantung pada pinjaman Jepang dengan skema government-to-government (G to G), kini ada nafas baru pada skema pendanaan MRT.
Kini, dua negara resmi menjadi investor baru pada proyek MRT fase lanjutan. Kedua negara itu, Inggris dan Korea Selatan, sama-sama meneken kerja sama pada proyek MRT Jakarta di sela-sela KTT G20.
Melalui UK Export Finance, Inggris masuk ke pengembangan proyek MRT Jakarta dengan pendanaan sebesar US$1,25 miliar atau setara Rp19 triliun. Inggris dan Indonesia menandatangani Letter of Intent (LoI) yang menandakan minat partisipasi Inggris pada proyek MRT.
Pada acara penandatanganan LoI di Bali, Senin (14/11/2022), Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor-Leste Owen Jenkins menyatakan siap mendukung Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengembangkan proyek MRT.
"Inggris selalu siap untuk mendukung Kementerian Perhubungan dan Pemerintah DKI Jakarta untuk mengembangkan fase-fase MRT berikutnya, termasuk melalui Expression of Interest dari UK Export Finance untuk menyiapkan pendanaan sebesar $1,25 miliar. Kami siap untuk berkolaborasi dengan seluruh mitra untuk membawa kerja sama ini ke tahap selanjutnya" tuturnya.
Pada hari yang sama, Korea Selatan menyusul untuk menandatangani Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dalam rangka pembangunan proyek MRT, di sela-sela KTT G20. Bedanya, Korea Selatan secara khusus melirik proyek MRT Fase 4 Fatmawati–Kampung Rambutan.
Ajakan pemerintah Indonesia kepada Korea Selatan untuk berpartisipasi dalam proyek MRT sudah disampaikan sebulan sebelum perhelatan KTT, yakni sejak 28th Asean Transport Minister Meeting.
Ajakan partisipasi itu disampaikan oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) kepada K-Consortium, konsorsium buatan Korea Selatan yang dibuat untuk menindaklanjuti usulan pembangunan MRT Jakarta Fase 4.
Pemerintah Indonesia bahkan mengajak Negeri Ginseng itu untuk ikut berpartisipasi pada sejumlah proyek lain seperti pengembangan LRT Jakarta dan LRT Bali.
Alhasil, kini sudah ada tiga negara yang resmi menjadi investor pada proyek transportasi massal perkotaan itu. Ketiganya juga merupakan negara anggota G20.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pun menyatakan harapannya agar skema pendanaan baru dan dari negara baru bakal membuat biaya proyek bisa lebih kompetitif. Apalagi, PT MRT Jakarta (Perseroda) memprediksi kebutuhan untuk menyelesaikan seluruh proyek MRT mencapai sekitar Rp200 triliun.
Rencananya, khusus untuk proyek MRT Fase 3 dan 4, beban porsi pendanaan bisa dibagi ke pihak swasta, terlebih saat kemampuan APBN terbatas.
"Keuntungan kita dengan adanya multinational atau banyak negara maka bisa buka tender. Semua bisa ikut, dan kita bisa mendapatkan harga lebih murah," ujar Budi Karya di Kantor Kemenhub, Senin (24/10/2022).
Energi Terbarukan
Di luar kebutuhan untuk proyek pembangunan, MRT Jakarta juga melihat adanya kebutuhan untuk mendorong transisi energi. Guna membantu upaya tersebut, negara anggota G20 lainnya yakni Amerika Serikat (AS) ikut patungan memberikan pendanaan kepada PT MRT Jakarta (Perseroda).
Melalui, United States Trade and Development Agency (USTDA), AS memberikan hibah senilai US$709,630 atau setara Rp11 miliar untuk studi penerapan energi baru terbarukan dan konservasi energi.
Hal itu sejalan dengan target MRT Jakarta untuk menggunakan 100 persen energi baru terbarukan pada operasionalnya di 2035.
"Melalui studi ini, kami berharap akan mendapatkan panduan serta peta jalan [road map] untuk transisi dan konservasi energi MRT Jakarta sebagai penyedia transportasi massal perkotaan berbasis rel yang ramah lingkungan," ujar Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) Tuhiyat.
Keuntungan bagi MRT
Masuknya partisipasi negara lain pada proyek MRT Jakarta dinilai memberikan banyak manfaat pada pengembangan transportasi massal perkotaan itu. Partisipasi yang makin beragam dinilai bisa mencegah adanya monopoli negara tertentu.
"Tidak monopoli satu negara tertentu sehingga harga dan teknologi yang dipakai juga bisa dibandingkan," ujar Ketua Masyarakat Perkeretaapian Indonesia (Maska) Hermanto Dwiatmoko.
Mantan Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub itu juga menekankan MRT Jakarta sebagai operator harus memastikan kesiapan SDM untuk mengoperasikan sarana dan prasarana yang disiapkan.
"Kalau sarana dan prasarana sudah mengikuti standar, diharapkan jenisnya tidak bermacam-macam sehingga memudahkan dalam pengadaan spare part maupun perawatannya," jelas Hermanto.