Bisnis.com, BADUNG- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah melalukan evaluasi terhadap 62 bendungan guna mengentaskan persoalan terkait bencana air yang masih terus berulang.
Hasil evaluasi tersebut dipaparkan dalam diskusi panel bersama High-Level Experts and Leaders Panel (HELP) dalam gelaran 'International The 20th Meeting of The HELP on Water and Disasters' di Conrad Hotel, Bali, Kamis (10/11/22).
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menuturkan dari total 62 bendungan baru selesai dan sedang dibangun, sebanyak 30 bendungan harus dimodifikasi dengan menambahkan gate pada pelimpahnya.
"Sedangkan 11 bendungan lain hanya memerlukan penyesuaian pada manual pengoperasiannya. Sisanya dirancang sebagai bendungan kering sehingga tidak diperlukan modifikasi," kata Basuki di Conrad Hotel, Bali pada Kamis (10/11/2022).
Adapun, gelaran tersebut dihadiri oleh para ahli dan pengambilan keputusan di bidang air dan kebencanaan dari berbagai negara. Pertemuan ini juga guna membahas topik global, khususnya dampak pasca pandemi Covid-19, perubahan iklim dan bencana terkait air untuk mencari penyelesaian masalah tersebut.
Basuki, dalam hal ini juga membeberkan sejumlah penanganan dari pemerintah yang telah melakukan berbagai upaya untuk menangani fenomena baru kondisi hidrologis, pemulihan dari pandemi Covid-19, serta mitigasi dampak perubahan iklim dalam skema terpadu untuk meningkatkan perekonomian.
Baca Juga
"Upaya dari Kementerian PUPR untuk memulihkan dan mengelola bencana terkait air yang berulang ini antara lain dengan meningkatkan pasokan air bersih dan meningkatkan sistem sanitasi di kota-kota besar, kemudian melakukan rehabilitasi dan pengembangan irigasi baru untuk mengamankan produksi pangan," jelasnya.
Dalam kondisi hidrologi baru, Indonesia memiliki curah hujan tinggi yang sulit diprediksi dan intensitasnya ekstrim. Selain itu, banyak terjadi siklon tropis yang berdampak langsung pada kondisi cuaca sehingga menyebabkan banjir besar dan tanah longsor di Indonesia.
Ditambah lagi, tren La Nina mengakibatkan tahun-tahun basah yang panjang, dan cuaca ekstrim selama musim kemarau.
"Dalam hal ini, HELP telah menyiapkan topik-topik penting yang berkaitan dengan air dan bencana, pembiayaan sektor air, tata kelola, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Indonesia sebagai tuan rumah dari pertemuan ini juga akan memberikan masukan dan berbagi pengalaman kepada kita semua," ujarnya.
Selain itu, revitalisasi dan pemeliharaan bendungan dilakukan pihaknya bersama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk melakukan penyesuain sistem operasi bendungan untuk memungkinkan strategi pelepasan dini.
Hal ini juga bertujuan untuk mengamankan lebih banyak kapasitas untuk menyimpan curah hujan yang berlebihan dan menyerap debit puncak aliran.
Ketua HELP Dr. Han Seung-soo yang juga mantan Perdana Menteri Republik Korea juga berharap bahwa hasil pertemuan ini akan membawa solusi dan aksi konkrit bagi permasalahan bencana air di dunia.
"Hari ini kita akan mendiskusikan solusi konkrit atas bencana air akibat perubahan iklim yang terjadi secara global. Saya berharap para pemimpin dan ahli yang hadir disini datang membawa solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut," tandas Han Seung-soo.
Acara 'The 20th Meeting of The High-Level Experts and Leaders Panel on Water and Disasters (HELP)' membahas secara rinci mengenai aspek sosial, ekonomi dan teknis di sektor air dan bencana.
Nantinya, kegiatan akan dilanjutkan dengan 'The G20 High Level Experts and Leaders Panel (HELP) Special Event' pada Jumat (11/10/22) yang akan fokus pada dialog kebijakan kolektif di bidang air dan bencana.