Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kabar Baik! Perusahaan Semikonduktor Asal AS Bakal Investasi di Indonesia

Indonesia melakukan lobi ke produsen semikonduktor asal Amerika Serikat dengan menawarkan stok pasir silika yang bisa digunakan sebagai material.
Ilustrasi cip semikonduktor/Istimewa
Ilustrasi cip semikonduktor/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA- Perusahaan semikonduktor asal Amerika Serikat (AS) dikabarkan bakal berinvestasi di Indonesia dalam waktu dekat.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Ilmate) dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI hari ini, Rabu (9/11/2022).

"Diskusi ke arah sana masih dalam kerangka Indo-Pacific Economic Framework (IPEF).  Mereka (AS) tertarik, mereka akan follow up. Mudah-mudahan [investasinya] dalam waktu dekat," kata Taufiek ketika ditanya wartawan di DPR RI hari ini.

Belum lama ini, lanjut Taufiek, Indonesia melakukan lobi ke produsen semikonduktor asal Amerika Serikat. Indonesia, katanya, menawarkan stok pasir silika yang bisa digunakan sebagai material pembuat semikonduktor.

Lobi tersebut juga melibatkan organisasi bilateral antara RI-AS, The United States - Indonesia Society (Usindo). Sebagai informasi, Usindo merupakan organisasi bilateral RI-AS yang bertujuan memperkuat hubungan kedua negara, termasuk di sektor ekonomi.

"Setelah ini didiskusikan dalam Usindo. Jadi, pengusaha AS didorong untuk mem-follow up proyek kita. Bahwa kita harus punya 1 desain center semikonduktor dan pabriknya," tukasnya.

Belum diketahui potensi nilai investasi yang bisa diraup oleh Indonesia dari Amerika Serikat di industri semikonduktor. Namun, sebagai gambaran, tahun ini PT Infineon Technologi Batam berkomitmen untuk berinvestasi di Indonesia senilai Rp1,3 triliun, dengan kapasitas produksi sebanyak 150 juta pcs per pekan pada 2030.

Lebih jauh, Taufiek mengatakan pendekatan  Indonesia kepada investor 'Negeri Paman Sam' dipicu terganggunya rantai pasok semikonduktor global akibat perang. Hal ini semakin rentan dengan ketegangan politik  China-Taiwan.

"Untuk mobil listrik, semakin canggih butuh lebih banyak semikonduktor. Tapi, sekarang karena masalah geopolitik suplai semikonduktor lambat," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper