Bisnis.com, JAKARTA - Uber Technologies Inc. melaporkan pendapatan dan laba di atas ekspektasi analis, didorong oleh peningkatan jumlah pengemudi yang mendukung peningkatan penumpang. Hal ini membuat kekhawatiran investor mereda ditengah meningkatnya inflasi.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (1/11/2022), perusahaan yang berbasis di San Francisco melaporkan pendapatan kuartal III/2022 melonjak 72 persen menjadi US$8,34 miliar. Nilai tersebut melampaui proyeksi analis senilai US$8,1 miliar.
Tingkat pemesanan bruto, yang mencakup lini ride-hailing, makanan, dan pengiriman, naik 26 persen menjadi US$29,1 miliar, sedikit di bawah perkiraan rata-rata. Sementara itu, laba yang disesuaikan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi mencapai US$516 juta, di atas rata-rata proyeksi analis sebesar US$458,7 juta.
Chief Executive Officer Uber Dara Khosrowshahi mengatakan skala global dan keunggulan platform unik Uber mendorong pertumbuhan yang lebih menguntungkan.
"Bahkan ketika lingkungan ekonomi makro tetap tidak pasti, bisnis inti Uber lebih kuat dari sebelumnya," katanya.
Setelah melonjak selama sebagian besar pandemi, Uber dan perusahaan “gig economy” seperti Lyft dan Doordash Inc menavigasi ekonomi AS yang menantang, termasuk lonjakan inflasi ke level tertinggi 40 tahun, sementara risiko resesi global semakin meningkat.
Baca Juga
Ketidakpastian telah membebani pengeluaran oleh pengiklan dan konsumen, memukul raksasa teknologi seperti Meta Platforms Inc. dan Amazon.com Inc.
Uber mencapai profitabilitas untuk pertama kalinya dalam sejarah musim panas lalu dan, awal tahun ini, Khosrowshahi berjanji untuk mencapai arus kas bebas hingga US$2 miliar.
Salah satu cara perusahaan berencana untuk memenuhi target itu adalah dengan memberikan lebih banyak perhatian pada iklan. Pada bulan Oktober, Uber meluncurkan unit usaha iklan untuk memonetisasi 124 juta pengguna aktif bulanan.