Bisnis.com, JAKARTA - Animo masyarakat untuk kembali menggunakan transportasi publik mulai pulih usai dua tahun Indonesia menghadapi pandemi Covid-19.
Memang, dari sisi jumlahnya, penumpang saat ini belum sampai pada level pra-pandemi atau 2019. Berdasarkan data PT Kereta Commuter Indonesia atau KCI, jumlah penumpang terbanyak adalah 780.000 orang per hari pada 2022. Sementara, saat sebelum pandemi bisa menembus 1,2 juta orang per hari.
Bak gayung bersambut, perkembangan positif ini bakal ditunjang dengan upaya pemerintah untuk melakukan integrasi mode transportasi umum. Tujuan utamanya adalah meningkatkan minat masyarakat untuk naik transportasi umum sembari mengurai kepadatan lalu lintas dan menekan emisi karbon.
Saat ini, integrasi transportasi di wilayah Jabodetabek menjadi salah satu perhatian pemerintah daerah bahkan hingga level nasional. Proyek-proyek pengembangan transportasi publik makin digeber sejalan dengan keinginan untuk menekan subsidi BBM maupun emisi karbon.
Pemerintah sempat mengungkap adanya potensi untuk mengembangkan transportasi Jabodetabek seperti KRL Jabodetabek, LRT Jakarta, MRT Jakarta, dan Transjakarta, dengan dua transportasi antarkota yang segera meluncur pada 2023 yakni LRT Jabodebek dan Kereta Cepat Jakarta–Bandung.
Skenarionya, Stasiun Kereta Cepat Halim nantinya akan terintegrasi dengan Stasiun LRT Jabodebek Halim. Dua stasiun kereta modern itu akan bisa dijangkau dengan menggunakan KRL Jabodetabek hingga MRT Jakarta.
Baca Juga
Titik temu antara transportasi publik itu nantinya berada di Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Seperti diketahui, jembatan itu akan menghubungkan Stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas, Stasiun KRL Sudirman dan BNI City, serta Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas.
Gojek, sebagai penyedia platform ride hailing terbesar di Indonesia, ingin turut berkontribusi membantu pemerintah dalam mewujudkan mimpi integrasi transportasi. Salah satunya adalah melakukan pengembangan fitur GoTransit untuk pembayaran tarif transportasi publik.
Sebenarnya, fitur ini sudah melakukan debutnya pada Juni 2022, yakni sebagai sarana pembelian tiket KRL. Namun, muncul ide untuk memperluas fitur tersebut seluruh transportasi Jabodetabek selain KRL.
Head of Global Marketing GoRide Gojek Stella Darmadi menuturkan geliat mobilitas masyarakat itu menjadi salah satu pendorong untuk melebarkan sayap fitur GoTransit. Apalagi, dengan integrasi antarmoda yang makin masif, Gojek dinilai bisa ikut menawarkan kemudahan bertransportasi khususnya di wilayah perkotaan terlebih dahulu.
"Ini luar biasa besar potensinya. Kembali lagi, GoTransit bukan dari baru-baru ini. Kami sudah beberapa waktu bekerja sama dengan KCI dan kami masih terus membuka komunikasi dengan operator publik transportation lainnnya," kata Stella saat ditemui di Kawasan Kota Tua Jakarta, Sabtu (29/10/2022).
Dia melihat adanya integrasi antarmoda itu bisa memberikan kemudahan untuk pembelian tiket MRT, LRT, layanan Bus Rapid Transit (BRT), dan lain-lain. Akan tetapi, dia menilai proses menuju hal tersebut tidak akan semudah membalikkan telapak tangan.
Gojek perlu bekerja sama dengan operator transportasi terkait. Diharapkan dalam waktu dekat bisa meluncurkan layanan hasil kolaborasi tersebut.
Tantangan lain adalah meningkatkan jumlah pengguna GoTransit. Saat ini, sudah ada pertumbuhan pengguna hingga 20 kali sejak diluncurkan.
Gojek berencana untuk mempermudah pembelian tiket KRL dengan layanan GoRide melalui GoTransit. Bahkan, untuk menarik pengguna, akan dilakukan sistem bundling.
"Jadi tidak bisa dipisah satu sama lain, tentu pastinya akan kami buka kesempatan dengan operator lain agar makin banyak yang bisa menggunakan GoTransit," jelasnya.
Rencana tersebut mendapatkan restu dari Ketua Masyarakat Perkeretaapian Indonesia (Maska) Hermanto Dwiatmoko. Perlu ada penyesuaian tarif agar layanan ojek online makin bisa dijangkau bagi semua kalangan.
"Ini perlu dipikirkan misalnya apakah jika dibuat satu paket lebih murah," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi atau Instran Deddy Herlambang yang menilai perlu ada nilai tambah yang lebih konkret dari GoTransit selain kemudahan fitur pembayaran yang terintegrasi.
"Jika dengan aplikasi [GoTransit], tarif KRL lebih murah. Itu baru bisa meningkatkan masyarakat untuk menggunakan angkutan umum," terang Deddy.
Di sisi lain, KCI atau KAI Commuter menyatakan akan selalu terbuka dengan inovasi kerja sama seperti yang dilakukan dengan GoTransit. Terlebih, untuk pengembangan teknologi yang bisa meningkatkan minat pengguna transportasi publik.
VP Corporate Secretary Anne Purba menyatakan saat ini belum ada keluhan mengenai penggunaan GoTransit. Bahkan, dia mengaku bahwa terdapat peningkatan yang cukup tinggi untuk penggunaan QR pada layanan KRL Commuterline.
"Buktinya, bahwa peningkatan terlihat dari yang menggunakan QR, di antaranya GoTransit yaitu ada peningkatan sekitar 113 persen," ujar Anne.
Menurut Anne, adanya kemudahan integrasi pembayaran pada aplikasi Gojek bisa ikut mendukung realisasi target KCI untuk bisa mengangkut 800.000 penumpang pada akhir 2022, dan ke depannya meningkat ke 1 juta penumpang per hari pada 2023.
"Peningkatan volume ini bisa jadi disumbang dengan GoTransit, pembukaan area publik oleh pemerintah, dan makin baiknya recovery pascapandemi," pungkasnya.
Mimpi Gojek untuk bisa berkontribusi dalam pemenuhan transportasi publik memang tidak mudah dan bakal membutuhkan proses yang panjang. Namun, niat untuk memberikan kemudahan masyarakat melalui sentuhan teknologi membuat kita optimistis untuk berani berharap bahwa akan selalu ada jalan.