Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rival Grab dan Gojek, inDrive Berani Kasih Jatah Driver 90 Persen

inDrive hanya mengambil komisi sebesar 10 persen, atau driver mendapatkan jatah hingga 90 persen yang bisa menjadi pesaing Grab dan Gojek.
Warga mengorder ojek online di Jakarta./Bisnis-Abdurahman
Warga mengorder ojek online di Jakarta./Bisnis-Abdurahman

Bisnis.com, JAKARTA - inDriver, yang telah melakukan rebranding menjadi inDrive, berani memberikan ongkos kepada mitra pengemudi hingga 90 persen atau pengambilan komisi yang cuma 10 persen. Ini bisa menjadi rival dari Grab dan Gojek.

Director of Ride-Hailing (APAC) inDrive Roman Ermoshin mengatakan hanya mengambil 10 persen dari jatah mitra driver. Hal ini diklaim menjadi yang terkecil dibandingkan dengan pesaing aplikasi serupa seperti Grab dan Gojek.

"Biaya komisi sampai dengan saat ini selalu menjadi yang terendah jika dibandingkan secara global," ujar Roman saat Press Conference Rebranding inDriver di Jakarta, Selasa (11/10/2022).

Dia menyebut biaya komisi yang ditarik dari mitra pengemudi biasanya bisa mencapai 40 persen. Di Indonesia, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) membatasi biaya komisi atau biaya sewa aplikasi paling besar 15 persen.

Hal tersebut tertuang pada regulasi terbaru, yang turut mengatur penaikan tarif angkutan berbasis aplikasi online, yakni Keputusan Menteri Perhubungan (KM) No.KP 667/2022. Sebelumnya, batas besaran biaya sewa aplikasi lebih tinggi yakni 20 persen.

"Misi kami untuk mengidentifikasi permasalahan tarif yang terlalu tinggi di setiap negara maupun kota," ujar Roman.

Kendati berbeda dengan beberapa pemain besar transportasi online di Indonesia seperti Gojek dan Grab Indonesia dalam hal biaya komisi, inDrive sama-sama menerapkan skema kemitraan bagi pengemudinya.

Menurut Roman, skema kemitraan lebih cocok untuk diterapkan ketimbang skema kepegawaian pada bisnis digital yang sangat bergantung pada teknologi.

Di sisi lain, Roman menilai skema kemitraan bisa menghindari terlalu banyak masuknya birokrasi, yang dinilai tidak sesuai dengan bisnis berbasis teknologi.

"Ketika birokrasi masuk, maka [bisnis digital] akan menjadi tidak fleksibel dan mahal," tuturnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper