Bisnis.com, JAKARTA - inDriver, penyedia aplikasi ride-hailing, kini telah melakukan rebranding menjadi inDrive dan menargetkan untuk masuk ke beberapa segmen usaha baru termasuk fintech maupun integrasi dengan e-wallet untuk sistem pembayaran.
Untuk diketahui, saat ini inDrive masih menggunakan sistem pembayaran tunai atau cash untuk tarif layanannya. Oleh sebab itu, ke depan perusahaan yang berpusat di California itu ingin menggaet sejumlah perusahaan e-wallet lokal di Indonesia untuk layanan dalam negeri.
"Yang kami harus lakukan adalah menyusun integrasi dengan e-wallet lokal. Ini masuk dalam rencana yang akan kami lakukan, tapi tidak dalam waktu dekat," ujar Director of Ride-Hailing (APAC) inDrive Roman Ermoshin pada acara Press Conference Rebranding inDriver di Jakarta, Selasa (11/10/2022).
Oleh sebab itu, dalam jangka pendek, inDrive masih akan menggunakan sistem pembayaran tunai sampai nantinya ada perusahaan e-wallet yang bisa diintegrasikan.
"Jadi, sekarang masih tunai. Kami akan kabarkan segera apabila waktunya sudah tepat," kata Roman.
Terkait dengan tarif, inDrive menawarkan kesempatan bagi penumpang dan pengemudi untuk bernegosiasi. Adapun, batasan maupun acuan tarif masih akan merujuk pada regulasi Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Baca Juga
Saat ini, inDrive memiliki sekitar 600.000 mitra pengemudi yang menggunakan sepeda motor maupun mobil. Aplikasi inDrive (dulu inDriver) juga telah diunduh sekitar 1,7 juta kali.
Sejak diluncurkan di Indonesia pada 2019, kini inDrive telah beroperasi di sekitar 50 kota. Secara global, aplikasi tersebut telah digunakan di 707 kota pada 47 negara.