Bisnis.com, JAKARTA - Presiden AS Joe Biden akan mengenakan pajak tinggi pada perusahaan minyak yang meraih keuntungan besar tanpa berinvestasi kembali dalam produksi di saat harga bensin di AS masih tinggi.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (1/11/2022), Biden mengungkapkan industri minyak belum memenuhi komitmennya untuk berinvestasi di Amerika dan mendukung warga AS.
"Perusahaan yang tidak menunjukkan bahwa mereka berinvestasi kembali dalam produksi akan membayar pajak yang lebih tinggi atas kelebihan keuntungan mereka dan menghadapi pembatasan lainnya," jelasnya.
Meski demikian, gegasan untuk mengenakan pajak atas keuntungan perusahaan minyak telah mendapatkan perhatian di antara anggota Kongres yang progresif, setelah harga bensin melonjak menjadi lebih dari US$5 per galon musim panas ini.
Menjelang pemilihan umum paruh waktu AS, Biden telah berulang kali melayangkan kritik terhadap perusahaan minyak besar atas harga bensin di SPBU yang masih tinggi dan keuntungan besar yang didapatkan dari situ.
Langkah Biden ini menyerupai langkah-langkah politisi seluruh Eropa, dan beberapa negara lain seperti India, yang menerapkan pajak terhadap perusahaan yang mencatat rekor keuntungan dari bahan bakar fosil dan pembangkit listrik.
Baca Juga
Sebagian besar pemerintah tersebut menggunakan pendapatan pajak yang dikumpulkan untuk membantu mensubsidi biaya energi untuk rumah tangga.
Kepala Asosiasi Produsen Bahan Bakar dan Petrokimia Amerika Chet Thompson mengatakan presiden lebih khawatir tentang sikap politik sebelum pemilu paruh waktu daripada memajukan kebijakan energi yang benar-benar memberikan manfaat nyata untuk warga Amerika.
"Pajak laba mungkin terlihat luar biasa, tetapi sebagai kebijakan, ini buruk bagi konsumen. Pajak ini akan melemahkan produksi bahan bakar dan memperburuk keadaan bagi pengemudi." ungkapnya.
Biden telah meminta perusahaan untuk berinvestasi lebih banyak dalam produksi baru untuk sebagian besar tahun ini. Tetapi Exxon Mobil Corp., Chevron Corp, Shell PLC dan TotalEnergies SE masih berencana menggelontorkan dividen besar senilai hampir US$100 miliar kepada pemegang saham, selain menginvestasikan kembali hanya US$80 miliar ke bisnis inti.
Lima perusahaan minyak terbesar AS mencetak laba lebih dari US$60 miliar pada kuartal II/2022, naik lebih dari 50 persen dibandingkan tahun 2008.