Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Global Loyo, Aktivitas Manufaktur Asia Trus Merosot

PMI Manufaktur Taiwan mencatat penurunan paling menonjol, sedangkan PMI Korsel membaik meskipun masih di level kontraksi
Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Aktivitas manufaktur di Asia merosot pada Oktober karena permintaan global untuk barang produksi kawasan ini terus melemah.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (1/11/2022), aktivitas manufaktur Taiwan mencatat penurunan paling menonjol. Indeks manajer pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) Manufaktur S&P Global Taiwan turun menjadi 41,5 pada Oktober dari 42,2 pada September, level terlemah sejak Januari 2009.

Turunnya pesanan dan permintaan mempercepat kontraksi aktivitas manufaktur Taiwan. Produksi pun terpangkas. Penurunan permintaan ini tak lain karena melonjaknya inflasi dan suku bunga yang menekan pengeluaran konsumen di AS dan Eropa.

“Kondisi permintaan domestik dan internasional yang lemah menjadi hambatan utama terhadap aktivitas manufaktur Psanan baru turun paling tajam sejak fase awal pandemi Covid-19 pada Mei 2020,” ungkap ekonom S&P Global Market Intelligence Shreeya Patel.

Sementara itu, PMI manufaktur Jepang merosot ke 50,7 dari 50,8. PMI Korea Selatan naik meskipun masih di level kontraksi 48,2 dari 47,3 bulan lalu. Korsel juga melaporkan penurunan ekspor pertamanya dalam dua tahun.

Aktivitas manufaktur Asean juga melandai. Thailand mencatat penurunan paling tajam bahkan ketika aktivitas manufaktur masih berada di wilayah ekspansi. PMI Thailan turun menjadi 51,6 dari 55,7 karena harga jual naik dan turunnya permintaan global.

Sementara itu, PMI Indonesia turun ke level 51,8 dari 53,7, Vietnam melemah ke level 50,6 dari 52,6, dan Malaysia makin terkontraksi ke level 48,7 pada Oktober 2022.

Seperti diketahui, angka PMI di atas 50 menunjukkan ekspansi dari bulan sebelumnya, sementara angka di bawah menunjukkan kontraksi.

Aktivitas manufaktur China menunjukkan situasi yang memburuk pada Oktober karena langkah-langkah pengendalian Covid terus membebani produksi dan permintaan, meskipun laju penurunan mereda.

PMI Manufaktur Caixin China berada di level 49,2 pada Oktober, naik dari 48,1 pada September.

Pasokan, permintaan domestik dan ekspor, dan lapangan kerja di sektor manufaktur semuanya berkontraksi pada Oktober, menurut pernyataan Caixin dan S&P Global.

Temuan ini sebagian besar sejalan dengan data PMI resmi yang melacak lebih banyak perusahaan milik negara dan juga menunjukkan kontraksi kegiatan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper