Bisnis.com, JAKARTA — Dikukuhkannya kepemimpinan Xi Jinping untuk tiga periode memberi keuntungan tersendiri bagi Indonesia. Setidaknya, dengan tetap berkuasanya Xi Jinping, Pemerintah Indonesia tidak perlu mempelajari gaya kepemimpinan China yang baru. Pemerintah Indonesia pun boleh berharap investasi China dan ekspor ke Negeri Panda tersebut bisa meningkat.
Berita tentang dampak terpilihnya Xi Jinping sebagai Presiden China untuk periode ketiga terhadap hubungan RI-China menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id.
Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id
Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Senin (10/10/2022):
Kembali terpilihnya Xi Jinping sebagai Presiden China dapat meningkatkan optimisme kerja sama ekonomi Indonesia – China, terutama andai kondisi global dan kondisi dalam negeri China segera membaik.
Proyeksi IMF tentang perlambatan ekonomi di China paling tidak menjadi poin yang harus diingat dengan saksama. China sendiri menolak proyeksi IMF, dan bersikukuh bahwa perekonomian negeri itu akan melompat kuat, setelah Covid dikalahkan,
Harapan bahwa kerja sama Indonesia – China bisa meningkat paling tidak disampaikan oleh Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia. Tentu saja, hal itu terkait dengan laju investasi China di Indonesia. Sejauh ini, terkait hilirisasi, China sudah menanamkan investasinya di beberapa proyek yang ditawarkan Indonesia.
Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) akhir-akhir ini terus melemah dan makin diperparah oleh kabar akan berakhirnya periode penguncian (lock up) saham perseroan. Meski demikian, sejumlah analis masih menilai ada harapan bagi penguatan saham ini.
Sentimen berakhirnya periode lock up memang menjadi sentimen negatif bagi GOTO, selain faktor kenaikan suku bunga selama ini. Namun, hal itu juga akan secara signifikan meningkatkan jumlah free float atau saham GOTO yang dapat ditransaksikan di pasar sekunder.
Bursa Efek Indonesia juga menilai bahwa kalaupun harga saham GOTO jatuh, dampaknya akan relatif minim terhadap IHSG. Sementara itu, GOTO juga masih memiliki sejumlah nilai lebih yang dapat menjadi alasan untuk meyakini prospeknya positif dalam jangka panjang.
Akuisisi lahan sawit yang dilakukan PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) bakal memberikan imbas positif terhadap pertumbuhan produksi hingga penjualan.
Emiten dengan milik Crazy Rich Medan, Suwandi Widjaja itu resmi mengambil alih dua perusahaan perkebunan sawit dengan nilai transaksi mencapai Rp306 miliar. Pembelian ini dilakukan melalui dua anak usaha STAA yakni PT Transpacific Agro Industry (TPAI) dan PT Madina Agrolestari (MAL).
Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), STAA melaporkan dua entitas tersebut telah menandatangai perjanjian jual beli saham bersyarat atas 100 persen kepemilikan saham PT Hunaraba Sawit Kencana (HSK) dan PT Sawit Agro Lestari (SAL) pada 26 Agustus 2022. Dua perusahaan yang diambil alih tersebut tidak memiliki hubungan afiliasi dengan STAA.
Era suku bunga mahal lembaga keuangan konvensional dapat membawa berkah bagi pelaku industri teknologi finansial pendanaan bersama atau peer-to-peer (P2P) lending alias pinjaman online/pinjol.
Sebagai pengingat, Bank Indonesia (BI) kembali mengerek suku bunga acuan hingga menyentuh level 4,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur Oktober 2022. Besar kemungkinan para pemain industri perbankan mulai menyesuaikan suku bunga kreditnya dalam waktu dekat.
Dalam situasi tersebut, pelaku industri pinjol bersiap menghadapi fenomena bajir pemintaan pinjaman. Hal ini dibenarkan oleh Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Sunu Widyatmoko.
Menurutnya, fintech P2P lending atau pinjol masih potensial untuk tetap tumbuh, sebab lembaga keuangan konvensional bakal lebih selektif dalam menyalurkan kredit.
Hingga akhir September 2022 APBN tercatat mengalami surplus sebesar Rp60,86 triliun atau 0,33 persen dari PDB. Sementara itu, realisasi pembiayaan utang hingga September 2022 mencapai Rp478,90 triliun atau 50,70 persen dari target APBN berdasarkan Perpres 98/2022.
Posisi utang pemerintah sampai akhir September 2022 berada di angka Rp7.420,47 triliun dengan rasio utang terhadap PDB sebesar 39,30 persen.
Melalui APBN Kita edisi Oktober 2022 pemerintah mengakui terdapat peningkatan dalam jumlah nominal dan rasio utang pada akhir September 2022 jika dibandingkan dengan Agustus 2022.
“Meskipun demikian peningkatan tersebut masih dalam batas aman, wajar, serta terkendali diiringi dengan diversifikasi portofolio yang optimal. Alasan rasio utang masih berada pada batas aman karena masih jauh di bawah batas maksimal yang ditentukan dalam Undang Undang yang mencapai 60 persen dari PDB,” demikian tertulis di APBN Kita, dikutip Selasa (25/10/2022).