Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia secara kumulatif mulai Januari hingga September 2022 mencapai US$39,87 miliar atau hampir US$40 miliar.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto menyampaikan bahwa surplus neraca perdagangan tersebut meningkat sebesar 58,83 persen jika dibandingkan dengan posisi yang sama pada tahun lalu. Capaian secara kumulatif ini pun merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.
“Surplus periode Januari—September 2022 ini sudah lebih besar dari surplus total neraca perdagangan pada 2021,” katanya dalam konferensi pers, Senin (17/10/2022).
Jika dirincikan, nilai ekspor sepanjang Januari hingga September 2022 tercatat mencapai US$219,35 miliar, meningkat 33,49 persen jika dibandingkan dengan posisi yang sama pada tahun lalu.
Pada periode yang sama, impor tercatat mencapai US$179,49 miliar, meningkat 28,93 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Secara kumulatif, kata Setianto, neraca perdagangan nonmigas mencatatkan surplus sebesar US$58,75 miliar. Sementara itu, neraca perdagangan migas mencatatkan defisit US$18,89 miliar.
“Jadi surplus neraca perdagangan barang ini ditopang oleh surplus neraca komoditas nonmigas,” jelasnya.
Adapun, neraca perdagangan pada September 2022 mencatatkan surplus yang tetap tinggi, yaitu sebesar US$4,99 miliar.
Surplus tersebut didapatkan dari nilai ekspor sebesar US$24,80 miliar, lebih tinggi dibandingkan nilai impor yang mencapai US$19,81 miliar.
BPS mencatat surplus neraca perdagangan pada September 2022 pun ditopang oleh surplus neraca komoditas nonmigas yang mencapai US$7,09 miliar, sementara komoditas migas mencatatkan defisit sebesar US$2,10 miliar.