Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF Desak Bank Sentral Asia Perketat Kebijakan Moneter

Dana Moneter Internasional (IMF) mendesak bank sentral di kawasan Asia untuk memperketat kebijakan moneter. Apa alasannya?
Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington D.C., AS/ Bloomberg - Andrew Harrer
Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington D.C., AS/ Bloomberg - Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan bank sentral di kawasan Asia untuk memperketat kebijakan moneter, seiring meningkatnya ketidakpastian global. 

Dilansir dari laporan World Economic Outlook (WEO) 2022, IMF menilai ekonomi Asia perlu fokus pada stabilitas fiskal untuk mengimbangi lonjakan utang dan untuk mendukung kebijakan moneter.

IMF mengatakan Asia sekarang merupakan pengutang dan penabung terbesar di dunia dan bahwa beberapa negara berisiko tinggi mengalami kesulitan utang, seperti dikutip dai Bloomberg pada Jumat (14/10/2022).

Itu artinya, setiap pengeluaran tambahan oleh pemerintah untuk mengimbangi pukulan dari guncangan pangan dan energi perlu ditargetkan, sementara dan anggaran netral.

"Dinamika utang publik dan swasta sudah lebih buruk setelah pandemi karena pertumbuhan yang lebih lambat, kenaikan suku bunga, dan tingkat utang yang lebih tinggi," kata IMF.

IMF mengungkapkan depresiasi besar dan kenaikan suku bunga dapat memicu tekanan keuangan di negara-negara dengan leverage tinggi di antara perusahaan dan rumah tangga non-keuangan serta neraca yang tidak dilindungi lindung nilai.

Jika suku bunga terus meningkat tajam, kata IMF, itu akan membatasi pilihan pengeluaran pemerintah.

Peringatan itu datang ketika IMF menurunkan perkiraan pertumbuhan 2022 untuk kawasan Asia-Pasifik sebesar 0,9 poin persentase menjadi 4 persen. Untuk tahun 2023, IMF memprediksi pertumbuhan di Asia menjadi 4,3 persen, turun 0,7 poin persentase dari yang terlihat sebelumnya.

“Sementara tingkat pertumbuhan ini jauh lebih rendah dari tingkat pertumbuhan rata-rata 5,5 persen yang dinikmati selama dua dekade sebelumnya, kawasan Asia terus berkinerja lebih baik daripada ekonomi global lainnya,” kata IMF.

Risiko lainnya termasuk depresiasi nilai tukar yang besar yang dapat memicu inflasi dan memaksa pengetatan kebijakan moneter yang lebih cepat di wilayah tersebut. Pasalnya, Asia rentan terhadap fragmentasi geo-ekonomi, atau decoupling, mengingat peran sentralnya sebagai pabrik dunia. 

"Saran kami untuk sebagian besar kawasan agar kebijakan moneter terus diperketat, dan konsolidasi fiskal terus berlanjut," tulis IMF.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper