Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan bank sentral di kawasan Asia untuk memperketat kebijakan moneter, seiring meningkatnya ketidakpastian global.
Dilansir dari laporan World Economic Outlook (WEO) 2022, IMF menilai ekonomi Asia perlu fokus pada stabilitas fiskal untuk mengimbangi lonjakan utang dan untuk mendukung kebijakan moneter.
IMF mengatakan Asia sekarang merupakan pengutang dan penabung terbesar di dunia dan bahwa beberapa negara berisiko tinggi mengalami kesulitan utang, seperti dikutip dai Bloomberg pada Jumat (14/10/2022).
Itu artinya, setiap pengeluaran tambahan oleh pemerintah untuk mengimbangi pukulan dari guncangan pangan dan energi perlu ditargetkan, sementara dan anggaran netral.
"Dinamika utang publik dan swasta sudah lebih buruk setelah pandemi karena pertumbuhan yang lebih lambat, kenaikan suku bunga, dan tingkat utang yang lebih tinggi," kata IMF.
IMF mengungkapkan depresiasi besar dan kenaikan suku bunga dapat memicu tekanan keuangan di negara-negara dengan leverage tinggi di antara perusahaan dan rumah tangga non-keuangan serta neraca yang tidak dilindungi lindung nilai.
Jika suku bunga terus meningkat tajam, kata IMF, itu akan membatasi pilihan pengeluaran pemerintah.
Baca Juga
Peringatan itu datang ketika IMF menurunkan perkiraan pertumbuhan 2022 untuk kawasan Asia-Pasifik sebesar 0,9 poin persentase menjadi 4 persen. Untuk tahun 2023, IMF memprediksi pertumbuhan di Asia menjadi 4,3 persen, turun 0,7 poin persentase dari yang terlihat sebelumnya.
“Sementara tingkat pertumbuhan ini jauh lebih rendah dari tingkat pertumbuhan rata-rata 5,5 persen yang dinikmati selama dua dekade sebelumnya, kawasan Asia terus berkinerja lebih baik daripada ekonomi global lainnya,” kata IMF.
Risiko lainnya termasuk depresiasi nilai tukar yang besar yang dapat memicu inflasi dan memaksa pengetatan kebijakan moneter yang lebih cepat di wilayah tersebut. Pasalnya, Asia rentan terhadap fragmentasi geo-ekonomi, atau decoupling, mengingat peran sentralnya sebagai pabrik dunia.
"Saran kami untuk sebagian besar kawasan agar kebijakan moneter terus diperketat, dan konsolidasi fiskal terus berlanjut," tulis IMF.