Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Breaking News! Inflasi AS September Sentuh 8,2 Persen, Inflasi Inti Tembus 6,6 Persen

Departemen Tenaga Kerja AS mencatat indeks harga konsumen (IHK) AS naik 8,2 persen pada September 2022, sedangkan IHK inti mencapai 6,6 persen.
Aprianto Cahyo Nugroho
Aprianto Cahyo Nugroho - Bisnis.com 13 Oktober 2022  |  19:36 WIB
Breaking News! Inflasi AS September Sentuh 8,2 Persen, Inflasi Inti Tembus 6,6 Persen
Warga Amerika Serikat (AS) berbelanja di salah satu supermarket. Departemen Tenaga Kerja AS mencatat indeks harga konsumen (IHK) AS naik 8,2 persen pada September 2022 dari periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi Amerika Serikat (AS) kembali melandai pada bulan September 2022. Namun inflasi inti naik lebih tinggi dari bulan sebelumnya.

Dilansir Bloomberg pada Kamis (13/10/2022), Departemen Tenaga Kerja AS mencatat indeks harga konsumen (IHK) AS naik 8,2 persen pada September 2022 dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Inflasi AS ini lebih rendah dari bulan Agustus 2022 yang mencapai 8,3 persen yoy. Dibandingkan bulan sebelumnya (month-on-month/mom), inflasi AS mencapai 0,4 persen.

Angka inflasi ini berada di atas proyeksi ekonom dalam survei Bloomberg yang memperkirakan IHK AS naik 8,1 persen pada September (yoy). Inflasi bulanan juga lebih tinggi dari proyeksi sebesar 0,2 persen.

Di sisi lain, IHK inti yang menghilangkan komponen energi dan makanan naik 0,6 persen mom dan 6,6 persen yoy.

Angka inflasi inti ini lebih tinggi dari data sebelumnya sebesar 6,3 persen yoy dan di atas proyeksi analis sebesar 6,5 persen.

Fokus pelaku pasar tertuju pada data IHK inti yang tidak termasuk harga makanan dan energi. IHK inti diperkirakan naik 6,5 persen yoy pada September, kembali ke level tertinggi empat dekade yang dicapai bulan Maret.

Sebelumnya, ekonom senior Optiver Sumit Kendurkar mengatakan investor tengah harap-harap cemas mengenai apakah kenaikan suku bunga, penurunan harga energi, dan pengurangan kendala rantai pasokan dapat meredakan tekanan harga.

"Jika indeks harga produsen September merupakan indikasi, itu mungkin masih belum terjadi," jepasnya, dikutip Kamis (13/10).

Setelah laporan tenaga kerja AS yang solid pekan lalu, data inflasi kemungkinan memperkuat sikap The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin pada pertemuan kebijakan November mendatang, sekaligus mendorong spekulasi kenaikan kelima berturut-turut sebesar itu pada bulan Desember.

Data hari ini menekankan seberapa tinggi inflasi telah meluas ke seluruh perekonomian, mengikis gaji warga AS , dan memaksa banyak orang untuk bergantung pada tabungan dan kartu kredit. Meskipun diperkirakan akan melandai dalam beberapa bulan mendatang, laju inflasi masih belum cukup cepat untuk menuju target The Fed.

The Fed telah menanggapi lonjakan inflasi dengan kampanye pengetatan paling agresif sejak tahun 1980-an, tetapi sejauh ini, pasar tenaga kerja dan permintaan konsumen tetap tangguh.

Tingkat pengangguran kembali ke level terendah lima dekade pada bulan September, dan bisnis terus menaikkan gaji untuk menarik dan mempertahankan karyawan yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan rumah tangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

Inflasi ekonomi as
Editor : Aprianto Cahyo Nugroho

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top