Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai kebutuhan bahan pangan untuk bantuan kemanusiaan meningkat hingga dua kali lipat, sehingga menjadi salah satu perhatian besar di tengah ancaman krisis pangan.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers The 1st Joint Finance and Agriculture Ministers Meeting. Acaranya berlangsung dari Washington DC, Amerika Serikat dan disiarkan secara daring.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa forum itu meminta The Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) dan World Bank untuk memetakan seluruh respons kebijakan secara global atas berbagai permasalahan pangan. Pemetaan penting agar pemilihan kebijakan bisa lebih optimal.
Dari pertemuan itu, negara-negara G20 mulai mengidentifikasi berbagai isu pangan, yang bermuara pada simpulan adanya risiko krisis pangan jika tidak terdapat antisipasi. Salah satu masalah yang rawan muncul dalam jangka pendek berkaitan dengan bantuan kemanusiaan.
"Dalam jangka pendek, [perlu mengidentifikasi] program pangan apa yang [bisa mengatasi fakta bahwa] permintaan untuk dukungan kemanusiaan itu meningkat dua kali lipat [doubling]. Bagaimana menyelesaikan ini," ujar Sri Mulyani pada Selasa (12/10/2022) malam waktu Jakarta.
Terdisrupsinya distribusi pangan dan adanya keterbatasan pasokan di sejumlah wilayah membuat peningkatan permintaan menjadi tantangan tersendiri. Namun, di satu sisi, bantuan kemanusiaan merupakan langkah penting dalam menjaga keberlangsungan hidup kelompok rentan.
Baca Juga
Menurut Sri Mulyani, penyelesaian masalah seperti itu memerlukan inisiatif dan kolaborasi banyak negara. Oleh karena itu, penting bagi G20 dalam merumuskan kebijakan yang tepat di masa krisis.
"Kita akan menghadapi 2023, yang mana akan jauh lebih berisiko dalam hal pangan. Dibutuhkan iInisiatif, kolaborasi. Setelah kami mengidentifikasi dan menguji solusinya, maka kami akan bisa melihat isu apa yang membutuhkan penanganan segera," ujarnya.