Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengungkapkan kabar baik tentang kondisi ekonomi Indonesia di tengah isu resesi yang membuat ekonomi global gelap gulita.
Pernyataan tersebut disampaikan Kristalina usai bertemu dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di sela-sela pertemuan tahunan atau IMF Annual Meetings 2022 di Washington DC, Amerika Serikat pada Selasa (11/10/2022).
"#Indonesia remains a bright spot in a worsening global economy!
Indonesia menjadi titik terang di tengah ekonomi global yang gelap gulita!" katanya melalui akun Instagram resmi @kristalina.georgieva seperti dikutip, Rabu (12/10/2022).
Berdasarkan laporan World Economic Outlook 2022, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,2 persen menjadi 5 persen pada 2023.
Untuk diketahui, ramalan IMF tersebut lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan Indonesia pada 2023 yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu sebesar 5,3 persen
Baca Juga
Sebelumnya, Kristalina sempat memperingatkan peningkatan risiko resesi global karena ekonomi maju melambat dan inflasi yang lebih cepat. Kondisi tersebut memaksa Federal Reserve (The Fed) untuk terus menaikkan suku bunga serta menambah tekanan utang pada negara-negara berkembang.
"Di Amerika Serikat, ekonomi terbesar di dunia, pasar tenaga kerja masih sangat kuat tetapi kehilangan momentum karena dampak dari biaya pinjaman yang lebih tinggi 'mulai menggigit'," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (11/10/2022).
Dia memprediksi perekonomian dunia akan mengalami kerugian hingga US$4 triliun hingga 2026. Pada saat yang sama, katanya, pembuat kebijakan tidak dapat membiarkan inflasi menjadi “kereta pelarian".
Menurutnya, dukungan fiskal harus tepat sasaran sehingga tidak memicu inflasi. Georgieva juga menilai dunia perlu membantu negara-negara berkembang dan berkembang sangat terpukul oleh pengetatan kondisi keuangan.
"Jika Anda tidak melakukan [kebijakan] cukup, kami dalam masalah," imbuhnya.
Tekanan Global
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menuturkan sepertiga negara di dunia akan mengalami tekanan ekonomi dalam 4-6 bulan ke depan. Baik karena kesulitan akibat beban utang yang tinggi, ditambah lemahnya fundamental makroekonomi dan isu stabilitas politik.
"Kali ini kami mendiskusikan perkembangan terkini ekonomi global dan membagi kekhawatiran yang sama terkait kondisi banyak negara karena dunia saat ini memang sedang tidak baik-baik saja," ujar Sri Mulyani melalui akun Instagram resmi @smindrawati seperti dikutip, Rabu (12/10/2022).
Untuk menghadapi kondisi global saat ini, Sri Mulyani dan Kristalina sependapat bahwa perlu ada mekanisme untuk mitigasi risiko terjadinya resesi apabila kondisi ini benar-benar berlanjut.
Salah satu caranya, yaitu sebuah mekanisme yang diterima oleh semua negara, baik negara maju dan negara berkembang, untuk membuat bantalan (buffer) agar negara-negara yang mengalami kesulitan dapat dibantu dan tidak terperosok ke dalam jurang krisis dan resesi ekonomi yang lebih dalam.
Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2022 tercatat 5,44 persen (year-on-year/yoy). Realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan kuartal I/2022 yang hanya mencapai 5,01 persen. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2022 bisa mencapai 5,3 persen (yoy).