Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kementerian PUPR Masih Kaji Kemampuan Produksi Aspal Dalam Negeri

Kementerian PUPR mencatat selama periode 2016–2021, realisasi penggunaan aspal di dalam negeri mencapai 1,06 juta ton per tahun.
Petugas mengoperasikan alat berat saat pengaspalan di Jalur Pantura kawasan Gemuh, Kendal, Jawa Tengah, Minggu (28/5)./Antara-Hafidz Mubarak A
Petugas mengoperasikan alat berat saat pengaspalan di Jalur Pantura kawasan Gemuh, Kendal, Jawa Tengah, Minggu (28/5)./Antara-Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) masih terus mengkaji kemampuan produksi aspal dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan proyek infrastruktur.

Direktur Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah I Direktor Jenderal Bina Marga Akhmad Cahyadi mengatakan, pihaknya masih belum mengetahui secara pasti kemampuan produsen dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan aspal yang mayoritas masih diekspor.

Namun, berdasarkan informasi yang telah diterima, aspal buatan dalam negeri yang tengah didorong pemerintah akan memiliki harga yang kompetitif jika dibandingkan produk impor.

"Sementara [rencana penyetopan impor] masih belum [berpengaruh], masih lihat perkembangan produksi dari asbuton [aspal Buton] menjadi aspal pra campur," katanya kepada Bisnis, Selasa (11/10/2022).

Akhmad menuturkan, dalam 2 tahun ke depan, Kementerian PUPR memastikan bakal mengoptimalkan hasil produksi aspal dari dalam negeri.

Menurutnya, seluruh pasokan dari dalam negeri akan seluruhnya diserap dan tetap akan mengimpor untuk memenuhi kebutuan aspal dalam negeri.

"Kalau memang produksi tahun pertama 200.000 kita serap dulu, kita kan tetep pakai aspal, sisanya kita impor lagi. Tahun kedua misalnya dipenuhi 800.000 nanti semuanya kita serap," jelasnya.

Selama periode 2016–2021, kata Akhmad, realisasi penggunaan aspal di dalam negeri mencapai 1,06 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut sebesar 176.048 ton dipasok dari produksi Kilang Cilacap, sedangkan 51.493 ton merupakan pasokan asbuton yang diproduksi dari Pulau Buton.

"Kemudian yang lain-lain masih impor kurang lebih kalau dipersentasekan tadi aspal produksi Pertamina 16,5 persen, asbuton 0,5 persen, jadi 17 persen, sisanya itu 83 persen diimpor bisa melalui Pertamina dan swasta," paparnya.

Adapun, Presiden Joko Widodo berencana menghentikan impor aspal dalam 2 tahun mendatang seiring masih besarnya potensi aspal di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara yang mencapai 662 juta ton. Pasalnya, selama ini pengembangan aspal buton terganjal oleh aspal impor yang memiliki harga lebih murah. Apalagi, selama ini 95 persen kebutuhan aspal di dalam negeri dipenuhi dari impor.

Menurutnya, dengan kebutuhan aspal dalam negeri yang mencapai 5 juta ton per tahun, maka potensi aspal buton bisa dimanfaatkan hingga 120 tahun mendatang.

“Ini kesempatan bagi semua kalau mau investasi. Segera bangun industri aspal di Buton, karena pasarnya sudah jelas ada di dalam negeri, dan sebagian bisa diekspor,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper