Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah bakal mengumumkan rencana lebih lanjut ihwal penyetopan ekspor sejumlah komoditas mineral seperti timah, bauksit dan tembaga pada November 2022 mendatang.
Bahlil mengatakan pemerintah belakangan tengah memetakan sejumlah skenario hilirisasi dari komoditas mineral tersebut.
“Kita lagi godok aturannya. Kita akan bicara soal sistem hilirisasinya, pohon ekonominya sejauh mana,” kata Bahlil selepas acara Orasi Ilmiah PTFI di Universitas Indonesia, Depok, Rabu (5/10/2022).
Bahlil menargetkan regulasi terkait dengan larangan ekspor sejumlah komoditas mineral itu dapat rampung bulan depan. Menurut dia, kebijakan larangan ekspor itu mesti diikuti dengan program hilirisasi yang optimal di dalam negeri.
Misalkan, dia mencontohkan, program hilirisasi nikel yang belakangan berhasil mengerek nilai ekspor produk turunan nikel menjadi US$20,9 miliar pada tahun lalu.
“Mungkin selesainya akan kami laporkan pada bulan November. Kami akan sampaikan pada November,” kata dia.
Baca Juga
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan nilai tambah dari program hilirisasi produk tambang mentah belakangan sudah menunjukkan hasil yang positif.
Selain neraca dagang yang berbalik positif dengan sejumlah mitra kuat, pendapatan negara dari sektor pertambangan juga makin besar pada tahun ini.
Jokowi memastikan nilai tambah itu berpotensi untuk terus tumbuh seiring dengan target sejumlah pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan mineral logam atau smelter besar yang diharapkan rampung pada 2024 mendatang.
Jokowi mencontohkan, pengerjaan untuk smelter konsentrat tembaga di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur yang pengerjaannya belakangan dipercepat selepas pelandaian pandemi tahun ini.
“Setelah Gresik beroperasi akan kelihatan berapa nilai tambah dari copper yang sudah lebih dari 50 tahun kita ekspor mentahan, begitu juga dengan bauksit akan muncul angka-angka di atas US$30 miliar entah dari nikel, tembaga bauksit saya pastikan itu,” kata Jokowi dalam sarasehan 100 Ekonom Indonesia, Jakarta, Rabu (7/9/2022).
Potensi hilirisasi yang masih prospektif itu, kata Jokowi, turut berdampak positif pada kinerja neraca perdagangan Indonesia dengan sejumlah negara besar seperti India, China hingga Amerika Serikat.
China, misalnya kata Jokowi, neraca dagang Indonesia sempat defisit hingga US$13 miliar pada 2014 lalu. Belakangan, neraca dagang dengan China menciut di angka US$2,4 miliar pada 2021.
Sementara itu, neraca dagang Indonesia dengan Amerika Serikat malahan dipastikan mengalami surplus yang makin besar pada tahun ini lewat intensifikasi hilirisasi mineral logam mentah tersebut.
Dia memastikan neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat sudah surplus di angka US$14,4 miliar pada pertengahan tahun ini.
“Tahun ini kita pastikan sudah surplus dengan RRT [China] karena raw material yang sudah tidak diekspor dengan Amerika juga sama dulu surplus kita di 2014 US$3,3 miliar sekarang US$14,4 miliar,” tuturnya.
Dari sisi penerimaan negara, sektor pertambangan dinilai bakal ikut memberi kontribusi yang dominan setelah komitmen pemerintah untuk mendorong hilirisasi produk tambang mentah dalam negeri.
“Saya contohkan, kita dapat dari Freeport 62 persen dari dividen, royalti dari pajak tapi kalau ditambah dengan mitra-mitranya itu ada di 70 persen kita dapat,” kata dia.