Bisnis.com, JAKARTA — Center of Reform on Economics atau Core Indonesia menilai bahwa pengendalian harga pangan dan aliran distribusi barang dapat menjadi faktor penahan laju inflasi, yang terdorong kuat akibat kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM.
Ekonom Core Indonesia Yusuf Rendy Manilet menjelaskan bahwa masih terdapat kemungkinan harga pangan akan meningkat pada akhir tahun, meskipun sempat turun beberapa waktu terakhir. Siklus dan tingginya permintaan dapat mengerek harga pangan pada penghujung tahun.
Hal tersebut dapat berimbas kepada inflasi yang terus naik hingga akhir 2022, melanjutkan dorongan akibat kenaikan harga BBM. Oleh karena itu, Core mengingatkan agar pemerintah selalu mencermati pergerakan harga pangan dan komoditas lainnya.
"Kami melihatnya inflasi ke depan perlu diperhatikan dampak dari terganggunya aliran distribusi barang, terutama kepada produk-produk komoditas pangan strategis. Sehingga, ajakan pemerintah pusat agar pemerintah daerah juga lebih aktif dalam menjaga inflasi di daerah menurut saya masih perlu untuk dilakukan," ujar Yusuf kepada Bisnis, Senin (3/10/2022).
Dia menyebut bahwa pemerintah harus memastikan bahwa harga-harga pangan strategis, terutama di kota-kota besar yang berkontribusi besar terhadap inflasi nasional, dapat berada di tingkat yang tidak begitu tinggi. Core meyakini bahwa inflasi akan tetap meningkat, sehingga tugas pemerintah adalah menjaga agar peningkatannya tidak terlalu tinggi.
"Saya katakan [menjaga inflasi] tidak begitu tinggi karena kemungkinan harga akan meningkat, jadi tugas dari pemerintah daerah di sini adalah memastikan kenaikannya itu tidak begitu tinggi," ujarnya.
Baca Juga
Yusuf menilai bahwa laju inflasi sudah pasti melampaui target pemerintah, yakni 3±1 persen. Core memperkirakan bahwa inflasi pada akhir 2022 bisa mencapai 6 persen.