Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Momentum Musim Dingin, Eksportir Batu Bara Belum Bisa Tembus Eropa

Permintaan batu bara dari sejumlah negara mitra pada triwulan keempat tahun ini, tetapi produksi batu bara domestik diperkirakan akan berada di bawah target.
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (14/1/2022). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (14/1/2022). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia (Aspebindo) melaporkan peluang permintaan batu bara dari Eropa yang belakangan meningkat tajam menjelang musim dingin masih belum dapat diambil optimal oleh perusahaan batu bara dalam negeri.

Ketua Umum Aspebindo Anggawira menerangkan cadangan batu bara dengan kualitas tinggi di dalam negeri relatif terbatas untuk dapat memenuhi kebutuhan benua biru tersebut. Konsekuensinya, Anggawira mengatakan, porsi ekspor ke Eropa hanya berada di kisaran 5 persen dari keseluruhan penjualan Indonesia saat ini.

“Cadangan kualitas tinggi di sini juga sangat terbatas ini saya rasa market yang ada belum tentu dapat dipenuhi juga,” kata Anggawira saat dihubungi, Minggu (2/10/2022).

Padahal harga batu bara untuk kontrak Oktober 2022 di pasar ICE Newcastle masih ditutup tinggi di posisi US$407,70 per ton. Sepekan terakhir harga batu bara menyusut 0,61 persen. Kendati demikian, harga emas hitam itu tetap kuat di atas 179,25 persen jika dibandingkan secara tahunan.

“Sekarang ekspor ke Eropa tidak begitu banyak paling sekitar empat sampai lima persen saja,” tuturnya.

Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) melaporkan terjadi peningkatan permintaan batu bara dari sejumlah negara mitra pada triwulan keempat tahun ini. Hanya saja, produksi batu bara domestik diperkirakan akan berada di bawah target yang ditetapkan pemerintah di angka 663 juta ton hingga akhir 2022.

Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan peningkatan impor terjadi dari pasar tradisional dan non-tradisional di tengah tensi geopolitik yang masih intens hingga saat ini. Pembeli tradisional dengan porsi konsumsi besar seperti India dan China dipastikan membeli batu bara dengan persentase yang lebih tinggi dari pencatatan triwulan sebelumnya.

“Kalau musim dingin permintaannya akan lebih tinggi, Oktober ini juga akan ada rapat besar Partai Komunis permintaan dari China akan meningkat,” kata Hendra saat dihubungi, Minggu (2/10/2022).

Ihwal musim dingin, Hendra mengatakan, permintaan dari sejumlah negara non-tradisional belakangan menunjukkan kelipatan yang signifikan. Misalkan, dia mencontohkan, pembelian batu bara dari Eropa sudah mencapai 4 juta ton sepanjang Januari hingga September tahun ini. Padahal torehan ekspor ke Eropa tidak pernah melebihi volume 1 juta ton selama ini.

Berdasarkan data milik Kementerian ESDM, realisasi produksi batu bara domestik sudah mencapai 497,55 juta ton atau 75,04 persen dari target yang dicanangkan pemerintah hingga awal bulan ini.

Adapun realisasi ekspor mencapai 189,71 ton dan kewajiban pasokan domestik (DMO) sebesar 128,76 ton. Sisanya realisasi domestik menyentuh di angka 140,68 juta ton.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper