Bisnis.com, SOLO - Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani, telah mengingatkan jika resesi global kemungkinan akan terjadi pada tahun 2023.
Resesi sendiri merupakan fenomena turunnya perekonomian dunia karena dipicu oleh inflasi alias naiknya harga-harga.
Untuk mereka yang punya banyak uang, tentu sudah memikirkan langkah strategis dan masuk akal bagaimana untuk menyelamatkan aset mereka dari hantu inflasi ini.
Namun bagaimana dengan masyarakat? apa langkah nyata yang harus dilakukan agar tidak terlalu terkena dampak inflasi ini?
Perencana keuangan sekaligus Presiden International Association of Registered Financial Consultants (IARFC) Indonesia, Aidil Akbar Madjid, menyarankan masyarakat untuk menghindari menabung di bank di tengah menguatnya ancaman resesi tahun depan.
Menurutnya, inflasi hanya akan membuat uang masyarakat yang ditabung di bank akan terus tergerus.
"Jadi kalau uang kita masukkan ke rekening perbankan, dia akan kalah lawan inflasi," kata Aidil dilansir dari Tempo.
Resesi atau turunya perekonomian dunia dipicu oleh kenaikkan harga-harga. Di sini, uang tampak seperti tidak ada artinya.
Bagaimana tidak, jika kamu bisa membeli 10 barang dengan uang Rp100 ribu, maka inflasi membuat kamu harus memilih lima barang saja dengan nominal yang sama.
Saat menghadapi resesi ini, Aidil juga berpendapat jika sebaiknya masyarakat mulai beralih menyimpan dananya ke produk-produk investasi.
Instrumen investasi yang tak akan terdampak inflasi dan bisa menjadi pilihan adalah emas, tanah, hingga saham.
Sementara untuk kripto, Aidil membaca juga instrumen tersebut sudah tengah turun akhir-akhir ini.
Aidil menjelaskan jika investasi yang dilakukan harus bertujuan jangka panjang.
Jangan pernah menggunakan dana darurat untuk melakukan investasi. Investasi yang aman setidaknya kamu perlu menyimpannya selama lima tahun hingga 10 tahun ke depan.
"Bahkan kripto, meskipun sekarang kelihatannya lagi turun. Tapi yang namanya investasi kan buat jangka panjang, harus di atas dua, tiga, empat, atau lima tahun," ucap Aidil.
"Kita harus tetap paham risiko, diversifikasi, pelajari produk-produknya, riset. Jadi kalau dengan inflasi kita investasi ke produk-produk yang akan naik seiring dengan naiknya inflasi," ujar Aidil.
Meski demikian, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dalam keterangannya, membeberkan sejumlah manfaat menyimpan uang di bank.
OJK menyatakan menyimpan uang di bank lebih aman karena nasabah akan terhindar dari risiko pencurian, uang rusak, atau kehilangan.
Sebab, bank diatur dan diawasi ketat oleh OJK. Selain itu, menabung di bank lebih praktis, mudah, dan menguntungkan lantaran nasabah akan mendapatkan imbal hasil.
Kemudian, menabung di bank juga dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hingga Rp 2 milari per nasabah per bank.