Bisnis.com, JAKARTA — Kondisi ekonomi yang belum stabil menjadikan laju pemulihan bisnis hotel emiten properti belum mampu sepenuhnya pulih hingga seperti kondisi sebelum pandemi. Meski demikian, emiten properti berupaya terus memacu bisnis ini melalui serangkaian strategi.
Berita tentang kinerja bisnis hotel emiten properti menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.
Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Kamis (29/9/2022):
Emiten properti mulai menyaksikan kebangkitan kinerja bisnis perhotelan mereka yang selama periode berat pandemi telah terpuruk sangat dalam. Meski demikian, tantangan perekonomian yang masih tinggi menjadikan asa pemulihan sektor ini tersendat.
Kini, seiring dengan kondisi pandemi yang mereda, aktivitas perjalanan mulai kembali meningkat. Pemerintah Indonesia bahkan kembali mengizinkan aktivitas mudik Lebaran tahun ini, setelah selama 2 tahun sebelumnya melarangnya.
Namun, kondisi pandemi telah mendorong tren baru pertemuan virtual sehingga masyarakat mulai terbiasa untuk mengganti keharusan perjalanan bisnis dengan perjumpaan digital. Hal ini diperkirakan bakal berdampak panjang terhadap bisnis hotel, terutama yang menyasar perjalanan bisnis.
Selain itu, pemulihan ekonomi yang diharapkan mulai terjadi seiring dengan meredanya pandemi, kenyataannya tidak berjalan sesuai yang diharapkan.
Pergerakan harga token kripto Terra Clasics (LUNC) justru kokoh dalam 24 jam terakhir meskipun perdirinya Do Kwon dikabarkan menjadi buronan internasional dari Interpol. Gerak lincah token LUNC bahkan membawa harga sempat meningkat lebih dari 40 persen dalam waktu 24 jam.
Jika dirunut, token LUNC merupakan token awal dari ekosistem Terra yang sebelumnya telah runtuh pada 2022 bersamaan dengan stablecoin UST atau USTC. Harga token tersebut LUNC dan USTC runtuh hingga nilainya turun lebih dari 99 persen.
Berdasarkan data Coinmarketcap.com Rabu (28/9/2022), token LUNC masih mempertahankan peningkatan harga ke level US$ 0,0002894. Sebelumnya, token tersebut telah meningkat 44,28 persen dalam 24 jam di perdagangan Selasa (27/9/2022) menjadi US$0.0002938.
Adapun token tersebut melesat didorong oleh bursa kripto global Binance yang mengumumkan adanya skema burn baru pada LUNC. Skema baru ini akan mendukung upaya pengurangan pasokan beredar guna membangkitkan kembali token LUNC.
Pasar komoditas global saat ini sedang terperangkap pada sejumlah katalis negatif, termasuk tren kenaikan dolar AS. Akibatnya, kebanyakan komoditas menjadi lebih mahal untuk sebagian pembeli.
Begitu juga dengan harga minyak dunia yang menunjukkan penurunan drastis, tetapi tetap mahal ketika dikonversi ke dalam nilai tukar negara-negara yang tertekan oleh kekuatan dolar AS.
Di Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada akhir perdagangan, Rabu (28/9/2022) sehingga parkir di posisi Rp15.266,50 per dolar AS.
Sebagiam besar mata uang Asia melemah di hadapan dolar AS. Sementara itu, pada Rabu (28/9/2022) siang, harga minyak dunia kembali terkoreksi. Hal itu terjadi seiring dengan penguatan dolar AS dan membengkaknya persediaan minyak di Negeri Paman Sam.
Naiknya tingkat bunga penjaminan (TBP) oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) kian memperkuat sinyal bakal terjadinya penyesuaian suku bunga simpanan dan pinjaman di kalangan perbankan dalam waktu dekat. Nasabah perbankan pun perlu bersiap.
LPS memutuskan tingkat bunga penjaminan untuk bank umum rupiah menjadi 3,75 persen dan BPR 6,25 persen, sedangkan untuk valas menjadi 0,75 persen. Tingkat bunga penjaminan tersebut akan berlaku untuk periode 1 Oktober 2022 - 31 Januari 2023.
Keputusan LPS ini merupakan respons atas kondisi di pasar yang memang telah menunjukkan adanya peningkatan suku bunga simpanan. Hal ini merupakan imbas dari naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia sejak Agustus 2022. Sementara itu, TBP simpanan valas dinaikkan lebih tinggi karena memang di pasar bunga simpanan valas naik lebih cepat.
Pada prinsipnya, naiknya TBP merupakan respons LPS terhadap kebijakan suku bunga acuan dari Bank Indonesia maupun perkembangan kondisi pasar. Dengan kata lain, naiknya bunga penjaminan LPS mengindikasikan bahwa di pasar, bank-bank sudah mulai menaikkan bunga simpanan mereka.
Kalangan perbankan digital mulai meninggalkan kebijakan bunga simpanan tinggi yang selama ini menjadi gimik dalam memancing nasabah, padahal industri perbankan secara umum justru tengah bersiap menaikkan bunga simpanan seiring naiknya suku bunga acuan dan bunga penjaminan.
Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga acuan bulan ini, bahkan hingga 50 bps. Sementara itu, LPS menyusul kebijakan tersebut dengan menaikkan bunga penjaminan 25-50 bps.
Namun, kalangan bank digital yang selama ini terkenal dengan strategi bunga simpanan tinggi justru bergerak berlawanan arah. Mereka justru mulai menurunkan bunga simpanan mereka dan menggantinya dengan jenis promosi lain.