Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri (PM) Inggris Liz Truss bersikeras mempertahankan paket pemotongan pajak yang mengirim pasar ke dalam kekacauan pekan ini.
Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (29/9/2022), Truss mengatakan mata uang dan ekonomi di seluruh dunia sedang menghadapi tekanan ekonomi yang sulit.
"Kami menghadapi masa ekonomi yang sangat sulit, bahkan kami menghadapinya di tingkat global," jelas Truss.
Menurutnya, untuk menghadapi masa sulit penting mengambil tindakan tegas dan cepat guna memulihkan pertumbuhan ekonomi, sehingga pemerintah mengambil keputusan yang kontroversial dan sulit dengan kebijakan pemotongan pajak ini.
Kurang dari sebulan menjabat, Truss sudah dihantam oleh krisis kepercayaan pada kebijakan ekonomi yang telah memicu jatuhnya nilai poundsterling dan lonjakan suku bunga. Hal ini mendorong Inggris menuju resesi dan mengancam pasar properti.
"Menurut saya ini adalah rencana yang tepat, dan pemerintah telah melakukan hal yang benar," tuturnya.
Baca Juga
Poundsterling terpantau melemah 1 persen ke level US$1,0785 pada pukul 9.24 waktu London saat PM Truss berbicara.
Meski demikian, Menteri Perdagangan Amerika Serikat Gina Raimondo menilai tindakan yang dilakukan Truss untuk memangkas pajak tidak akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Menurutnya, penting bagi Truss untuk kembali mempertimbangkan rencananya sekalipun dalam situasi terdesak.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Inggris Kwasi Kwarteng juga menghadapi seruan dari anggota partai konservatif untuk membatalkan paket pemotongan pajak tersebut.
"Kegilaan yang tidak kompeten ini tidak bisa berlanjut," cuit salah satu anggota parlemen, Simon Hoare di akun Twitter-nya, @Simon4NDorset Kamis (28/9/2022).