Bisnis.com, JAKARTA — PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) meminta dukungan Komisi VII DPR RI untuk mengalihkan subsidi energi seperti bahan bakar minyak (BBM) pada pengadaan baterai kendaraan listrik di tingkat konsumen.
Direktur Utama PT IBC Toto Nugroho mengatakan pengalihan subsidi energi berbasis fosil itu mesti dilakukan untuk meningkatkan infrastruktur serta pembelian kendaraan listrik di tengah pembentukan industri baterai dalam negeri.
Menurut Toto, insentif pada sisi konsumen dan produsen kendaraan serta baterai listrik itu sudah mulai dilakukan oleh sejumlah negara maju. Dia mencontohkan, China dan Taiwan mengalihkan alokasi belanja impor BBM mereka untuk subsidi pembelian baterai kendaraan listrik.
“Bagaimana subsidi-subsidi yang sekarang untuk impor BBM sebenarnya di negara lain dialihkan untuk mempercepat kendaraan listrik, itu salah satu tantangan ke depan yang cukup signifikan,” kata Toto saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Senin (19/9/2022).
Toto mengatakan manuver sejumlah negara yang belakangan mulai mengalihkan subsidi energi mereka pada baterai dan kendaraan listrik ikut mengerek tingkat pembelian transportasi berbasis setrum tersebut.
“Ke depan kami bisa dibantu Komisi VII untuk bagaimana beberapa aspek subsidi energi yang dahulu dilakukan ini juga bisa dilakukan subsidi baterai sehingga masyarakat bisa mengadopsi baterai untuk roda dua dan empat,” tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menuturkan pemerintah tengah menggodok sejumlah paket insentif untuk memberi subsidi pembelian kendaraan listrik kepada masyarakat.
“Sekarang mekanismenya sedang digodok, sedang kita bahas,” kata Arifin saat ditemui di Kompleks Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (16/9/2022).
Arifin mengatakan rencana itu menjadi krusial di tengah daya tawar energi listrik yang lebih kompetitif ketimbang fosil ke depan. Malahan, kata dia, harga keekonomian untuk listrik jauh lebih murah dari pengadaan setiap liter bahan bakar minyak atau BBM.
“Contohnya sekarang ini berapa, pertalite Rp10.000 untuk 30 kilometer kalau sekarang pakai listrik 1 kWh bisa juga 30 kilometer kalau charge listrik ongkosnya kan gak sampai Rp2.000,” tuturnya.
Kementerian ESDM menargetkan peralihan penggunaan motor listrik berbasis baterai sebanyak 6 juta unit pada 2025. Target itu dipatok untuk mempercepat program transisi energi bersih sembari menekan impor dan subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang terlanjur lebar cukup besar pada tahun ini.
Adapun, otoritas energi dan sumber daya mineral itu turut menargetkan konversi motor BBM ke motor listrik sebanyak 1.000 unit pada tahun ini. Rencananya, bakal terdapat 13 juta motor listrik dari motor listrik baru maupun hasil konversi pada tahun 2030.