Bisnis.com, JAKARTA — Neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2022 membukukan surplus sebesar US$5,76 miliar.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor pada periode tersebut tumbuh 30,15 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), terutama didorong oleh peningkatan ekspor lemak dan minyak hewan/nabati dan besi dan baja.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menyampaikan bahwa kedua komoditas tersebut dilaporkan terus mengalami penurunan pada Agustus 2022.
Nilai ekspor lemak dan minyak hewan/nabati, sebagian besar CPO, dan besi & baja masing-masing naik 25,40 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) dan 14,38 persen mtm.
Sementara itu, nilai ekspor bahan bakar mineral tidak termasuk produk minyak & gas, sebagian besar batubara, turun sebesar -6,68 persen mtm seiring dengan penurunan harga dan volume ekspor.
Di sisi lain, impor Indonesia pada Agustus 2022 tumbuh 32,81 persen yoy. Secara bulanan, impor meningkat sebesar 3,77 persen mtm, kontraksi terbesar tercatat pada barang konsumsi sebesar -2,01 persen yoy.
Baca Juga
Andry memperkirakan surplus perdagangan berpotensi menyempit ke depan, dikarenakan impor yang akan mengimbangi ekspor, seiring dengan percepatan pemulihan ekonomi domestik.
Pemulihan ekonomi yang semakin kuat akan mendorong peningkatan aktivitas produksi dan konsumsi, sehingga meningkatkan permintaan impor bahan baku dan barang modal.
“Pelonggaran PPKM, apalagi, telah meningkatkan mobilitas masyarakat yang dapat meningkatkan impor minyak," katanya, Kamis (15/9/2022).
Di sisi lain, tren kenaikan sebagian besar harga komoditas terlihat mereda karena kekhawatiran resesi global di tengah lonjakan inflasi yang dapat melemahkan permintaan global.
“Hal ini dapat berisiko melemahnya kinerja ekspor pada semester II/2022,” jelasnya.
Secara keseluruhan, dia memperkirakan neraca transaksi berjalan 2022 berpotensi mencatat surplus 0,00–0,45 persen dari PDB.