Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Profil Rishi Sunak dan Liz Truss, Dua Kandidat PM Inggris

Simak Profil dan karir politik dua kandidat utama PM Inggris yang akan menggantikan Boris Johnson, Rishi Sunak dan Liz Truss.
Dua kandidat Perdana Menteri Inggris, Liz Truss dan Rishi Sunak
Dua kandidat Perdana Menteri Inggris, Liz Truss dan Rishi Sunak

Bisnis.com, JAKARTA - Setelah kandidat Perdana Menteri (PM) Inggris terakhir Rishi Sunak dan Liz Truss melewati lebih dari enam minggu untuk berkampanye, hasil perhitungan pemilihan akan segera diumumkan.

Pemenang akan diumumkan hari ini, Senin (5/9/2022) pukul 12.30 waktu London (18:30 WIB) oleh Sir Graham Stuart Brady.

Lantas, bagaimana profil dan karir politik para kandidat yang sedang memperebutkan kursi PM untuk menggantikan Boris Johnson? Simak uraian berikut yang dikutip dari berbagai sumber:

Profil Liz Truss

Liz Truss merupakan salah satu anggota kabinet terlama dan paling senior di pemerintahan Konservatif. Dia menjabat di sejumlah posisi pemerintahan di bawah kepemimpinan David Cameron. Di bawah PM Theresa May, Truss adalah Menteri Kehakiman, lalu menjadi Ketua Sekretarian Kementerian Keuangan. Setelah pengunduran diri May, di bawah kepemimpinan Boris Johnson, dia menjabat sebagai Menteri Perdagangan Internasional dan dipromosikan sebagai Menteri Luar Negeri.

Beberapa penggemar menyebut wanita berusia 46 tahun itu sebagai “The New Iron Lady.” Selama debat kepemimpinan pertama, Truss tampak meniru gaya Margaret Thatcher yang juga menjadi inspirasinya.

Kehidupan dan Karir Nonpolitik Liz Truss

Liz Truss lahir di Oxford, Inggris. Ayahnya adalah seorang profesor universitas, sedangkan ibunya seorang perawat dan guru. Dia belajar filsafat, politik dan ekonomi (PPE) di Universitas Oxford.

Truss pun aktif berorganisasi. Dia pernah menjadi presiden Demokrat Liberal Universitas Oxford, cabang mahasiswa partai kiri-liberal.

Sebelum politik, dia bekerja untuk perusahaan minyak dan gas Shell, serta perusahaan telekomunikasi Cable & Wireless. Diketahui, dia sudah menikah dan telah memiliki dua buah hati.

Karir Politik Liz Truss

Truss terpilih menjadi anggota parlemen pada 2010, mewakili South West Norfolk. Dia menjabat di sejumlah posisi pemerintahan di bawah kepemimpinan David Cameron dan merupakan tokoh profil di sisi Remain dari referendum Brexit 2016.

Di bawah Perdana Menteri Theresa May, Truss adalah sekretaris kehakiman, kemudian Ketua Sekretaris Keuangan, yang second-in-command Menteri Keuangan. Setelah pengunduran diri May dan di bawah kepemimpinan Boris Johnson, dia menjabat sebagai sekretaris perdagangan internasional lalu diangkat menjadi Menlu hingga saat ini.

Pada 2012, Truss ikut menulis buku neoliberal dengan beberapa rekan Partai Konservatif lainnya yang disebut Britannia Unchained.

Truss telah mengalami evolusi politik dari Demokrat Liberal ke Konservatif, dan kemudian dari mendukung keanggotaan Inggris di UE menjadi salah satu pendukung garis keras Brexit di Kabinet.

Pada isu-isu sosial, dia juga telah mengambil sikap yang semakin keras terhadap hal yang dianggap sebagai posisi yang terlalu progresif pada isu-isu seperti ras, jenis kelamin, dan gender.

Di pemerintahan Johnson, Truss juga telah mengambil foto yang secara langsung membangkitkan semangat Thatcher, mulai dari mengenakan pakaian serupa hingga menciptakan kembali foto-foto terkenal, seperti saat dia mengendarai tank.

Dia menjadi terkenal secara nasional dan popularitas di dalam partainya sendiri sebagai sekretaris perdagangan internasional. Bahkan, Truss telah menandatangani 63 rollover kesepakatan UE dengan berbagai negara di seluruh dunia dan kesepakatan UE yang diperbarui dengan Jepang, serta kesepakatan perdagangan dengan Australia dan Selandia Baru.

Di mata keanggotaan Partai Konservatif, Truss terlihat “menyelesaikan Brexit.” Ini terlepas dari kesepakatan perdagangan dengan Australia dan Selandia Baru yang dikecam oleh anggota parlemen Inggris dan media karena mereka mengklaim, merugikan eksportir Inggris, khususnya petani Inggris.

Kini, Truss mengambil momentum yang pas untuk maju sebagai kandidat dalam pemilihan PM baru saat dia mengumpulkan sayap kanan partai di belakangnya, memusatkan perhatiannya pada pemotongan pajak dan membela warisan Johnson – terutama pada Brexit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper