Bisnis.com, JAKARTA – Jepang tengah merencanakan perubahan untuk kembali menggunakan dan mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir generasi baru, lebih dari satu dekade setelah bencana nuklir Fukushima.
Dilansir Bloomberg pada Rabu (24/4/2022), Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan bahwa pemerintah akan mengeksplorasi pengembangan dan pembangunan reaktor nuklir baru dan mengaktifkan pembangkit listrik lama guna menurunkan tingkat utilisasi jaringan pembangkit listrik saat ini yang mengalami peningkatan permintaan di musim panas.
Selain itu, pengembangan reaktor baru juga akan mengurangi ketergantungan Jepang pada impor energi.
“Jepang berencana mengaktifkan kembali tujuh reaktor nuklir mulai musim panas mendatang," kata Kishida pada pertemuan pemerintah mengenai transformasi hijau, dikutip dari Bloomberg, Rabu (24/8).
“Energi nuklir dan energi terbarukan sangat penting untuk melanjutkan transformasi hijau. Invasi Rusia mengubah situasi energi global,” lanjutnya.
Pemerintah Kabinet Kishida telah mempertimbangkan perluasan baru tenaga nuklir setelah berjuang untuk mengatasi dampak cuaca ekstrem dan kekurangan bahan bakar global pada pasokan listrik.
Baca Juga
Ibu kota Jepang, Tokyo, telah mengalami dua krisis listrik besar tahun ini, termasuk selama gelombang panas terburuk pada akhir Juni dalam lebih dari satu abad.
Negara-negara di seluruh dunia meninjau kembali energi atom setelah perang Rusia di Ukraina menjungkirbalikkan pasar bahan bakar fosil dan membuat harga listrik melonjak, sementara sentimen publik di Jepang telah bergeser mendukung menghidupkan kembali pembangkit listrik yang menganggur.
Upaya untuk memajukan teknologi nuklir yang lebih kecil dan lebih murah, termasuk reaktor modular kecil (small modular reactor/SMR) juga tengah dipacu ketika negara-negara mencari alat untuk mengatasi perubahan iklim.
Yang pasti, banyak reaktor yang menganggur di Jepang menghadapi rintangan besar yang berada di luar kendali pemerintah pusat. Reaktor tersebut harus mendapatkan persetujuan dari pemerintah kota setempat sebelum dapat diaktifkan kembali. Proses ini terkadang memakan waktu bertahun-tahun di tengah penentangan setelah bencana Fukushima.
Kishida juga menginstruksikan para pejabat untuk mempertimbangkan memperpanjang umur reaktor yang ada di luar maksimum 60 tahun saat ini.