Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Telur Ayam Melambung hingga Rp31.000/Kg, Gara-gara Bansos?

Harga telur ayam mulai menembus angka Rp30.000 per kg sejak 16 Agustus 2022, dan terus mengalami reli kenaikan hingga Rp31.000 per kg.
Pedagang menunjukkan telur di Jakarta, Minggu (31/7/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pedagang menunjukkan telur di Jakarta, Minggu (31/7/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Harga telur ayam masih tertahan tinggi di kisaran Rp31.000 per kg, setelah sebelumnya mencapai Rp29.000 per kg dalam 1 bulan terakhir.

Berdasarkan pantauan di Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), harga telur ayam mulai menembus angka Rp30.000 per kg sejak 16 Agustus 2022, dan terus mengalami reli kenaikan hingga hari ini, Senin (22/8/20222) yakni Rp30.700 per kg.

Sementara itu, harga telur ayam dalam satu bulan terakhir terus berfluktuatif di angka Rp29.000 per kilogram. Tercatat harga terendah pada 9 Agustus 2022, yakni tepat di Rp29.000 per kg. Setelah itu harga telur ayam terus mengalami kenaikan.

Direktur Utama Holding Pangan ID Food Frans Marganda Tambunan mengatakan kenaikan harga telur kemungkinan sebagai dampak dari adanya permintaan naik, termasuk rencana adanya penyaluran Bansos yang ditambah.

Frans menyebut kenaikan permintaan tersebut membuat pedagang menaikkan harga pokok penjualan (HPP) telur ayam.

"Untuk telur, ini dilema, sekarang kan isu bansos naik jadi permintaan telur naik harga naik sampai sekarang Rp33.000 yang seringkali mereka lakukan cover HPP di saat rugi. Jadi ini enggak bisa dipecahkan RNI sendiri," kata Frans dalam Ngobrol Pagi Seputar BUMN “Sumbangsih BUMN kepada Masyarakat Indonesia”, Senin (22/8/2022).

Selain karena Bansos, Frans menyebut ada faktor lain yang menyebabkan harga telur melonjak. Dia mengatakan kenaikan harga telur juga disebabkan karena belum adanya sistem perunggasan Indonesia baik dari sisi hilir maupun hulu.

Dia menuturkan tidak adanya integrasi sistem tersebut membuat harga telur dan ayam terus mengalami fluktuasi hampir setiap tahun. Padahal, dua komoditas tersebut produksinya kerap surplus.

“Kita belum mempunyai kestabilan komoditas termasuk pada ayam dan telur padahal selalu surplus. Tetapi ada 2 atau 3 kali dalam setahun bergejolak, naik turun harganya," ujarnya.

Meski begitu, Frans menduga upaya pedagang menaikkan harga untuk menutupi harga telur ayam yang sempat anjlok beberapa bulan lalu.

"Jadi kadang-kadang sharing peternak mereka gunakan momentum ini bukan untuk mendapatkan keuntungan berlebih tapi untuk tutup kerugian sebelumnya, beberapa bulan lalu sempet anjlok Rp17.000- Rp18.000 jadi rugi besar," jelasnya.

Ke depan, lanjut Frans, pihaknya akan melakukan intervensi dengan membuat operasi pasar telur ayam bersama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag).

"Kalau harga tinggi yang dilakukan itu nanti harus koordinasi dengan Kemendag untuk operasi pasar dan konsumen memang kita harus jaga keseimbangan supaya harga di peternak enggak jatuh dan harga di konsumen enggak mahal,” kata Frans.

Selain itu, ID Food bersama Badan Pangan Nasional akan membuat cadangan pangan untuk menjaga kestabilan pasokan dan harga.

Ditambah lagi, kata Frans, akan menerapkan resi gudang dan meningkatkan produktivitas jagung. Sebab, porsi harga pakan jagung mencapai 50 persen dari ongkos produksi telur ayam.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper