Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia memperkirakan tingkat inflasi hingga akhir tahun berpotensi mencapai kisaran 5 hingga 6 persen, lebih tinggi dari perkiraan pemerintah yakni 4,8 persen.
Direktur Riset Core Indonesia Piter Abdullah menyampaikan perkiraan tersebut disampaikan dengan asumsi pemerintah tidak menaikkan harga barang-barang subsidi.
“Upaya mitigasi yang dilakukan pemerintah menurut saya hanya bisa menahan [kenaikan harga barang subsidi] agar inflasi tidak mendekati angka 6 persen atau bahkan lebih dari 6,” katanya kepada Bisnis, Kamis (18/8/2022).
Menurutnya, inflasi berpotensi meningkat jauh lebih tinggi, mencapai 8 persen, jika pemerintah menetapkan kenaikan harga barang-barang bersubsidi.
“Kalau pemerintah menaikkan harga barang-barang subsidi seperti menaikkan harga Pertalite, inflasi akan terdorong lebih tinggi di atas 6 persen. Bahkan di atas 8 persen,” kata Piter.
Pada Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2022, Kamis (18/8/2022), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Tim Pengendali Inflasi Pusat Airlangga hartarto menyampaikan bahwa tingkat inflasi Indonesia pada tahun ini diperkirakan mencapai kisaran 4 hingga 4,8 persen. .
“Tentunya kami terus berharap beberapa program dan ekstra effort yang dilakukan dan diperkirakan laju inflasi 2022 di kisaran 4 hingga 4,8 persen,” kata dia.
Airlangga menyampaikan di samping harga komoditas global yang tinggi, inflasi yang meningkat tinggi hingga Juli 2022 disebabkan oleh faktor cuaca dan produksi di dalam negeri.