Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Berisiko Tembus 6 Persen, Pemerintah Diminta Tahan Harga Barang Subsidi

Inflasi berpotensi meningkat jauh lebih tinggi, jika pemerintah menaikkan harga barang-barang bersubsidi.
Warga menunjukan aplikasi MyPertamina saat mengisi bahan bakar pertalite di SPBU Pertamina Abdul Muis, Jakarta, Rabu (29/6/2022).  ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Warga menunjukan aplikasi MyPertamina saat mengisi bahan bakar pertalite di SPBU Pertamina Abdul Muis, Jakarta, Rabu (29/6/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia memperkirakan tingkat inflasi hingga akhir tahun berpotensi mencapai kisaran 5 hingga 6 persen, lebih tinggi dari perkiraan pemerintah yakni 4,8 persen.

Direktur Riset Core Indonesia Piter Abdullah menyampaikan perkiraan tersebut disampaikan dengan asumsi pemerintah tidak menaikkan harga barang-barang subsidi.

“Upaya mitigasi yang dilakukan pemerintah menurut saya hanya bisa menahan [kenaikan harga barang subsidi] agar inflasi tidak mendekati angka 6 persen atau bahkan lebih dari 6,” katanya kepada Bisnis, Kamis (18/8/2022).

Menurutnya, inflasi berpotensi meningkat jauh lebih tinggi, mencapai 8 persen, jika pemerintah menetapkan kenaikan harga barang-barang bersubsidi.

“Kalau pemerintah menaikkan harga barang-barang subsidi seperti menaikkan harga Pertalite, inflasi akan terdorong lebih tinggi di atas 6 persen. Bahkan di atas 8 persen,” kata Piter.

Pada Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2022, Kamis (18/8/2022), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Tim Pengendali Inflasi Pusat Airlangga hartarto menyampaikan bahwa tingkat inflasi Indonesia pada tahun ini diperkirakan mencapai kisaran 4 hingga 4,8 persen. .

“Tentunya kami terus berharap beberapa program dan ekstra effort yang dilakukan dan diperkirakan laju inflasi 2022 di kisaran 4 hingga 4,8 persen,” kata dia.

Airlangga menyampaikan di samping harga komoditas global yang tinggi, inflasi yang meningkat tinggi hingga Juli 2022 disebabkan oleh faktor cuaca dan produksi di dalam negeri.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper