Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah optimistis kontribusi industri manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi nasional (produk domestik bruto/PDB) bisa mendorong ekonomi tumbuh di atas level 5 persen pada kuartal III/2022.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan tren menuju ke arah percepatan tersebut mulai terlihat sejak Juli 2022 dan diperkirakan membaik pada kuartal III/2022.
"Ini yang bisa kami ambil sebagai indikasi bahwa manufaktur pada Juli mulai kembali membaik. Kami yakin kuartal III/2022 pertumbuhan sektor manufaktur bisa di atas 5 persen," ujarnya seusai menjadi pembicara di ajang Bisnis Indonesia Award (BIA) 2022, Senin (15/8/2022).
Indikator yang mendukung perkiraan pemerintah tersebut adalah Purchasing Manufaktur Index (PMI) Juli yang tercatat naik dari 50,2 poin pada bulan sebelumnya menjadi 51,2 poin.
Kendati optimistis, Agus tetap menyorot sejumlah tren negatif di industri manufaktur. Terutama terkait dengan ekspor dan impor.
Dari segi impor, tren penurunan yang dialami oleh sektor manufaktur, seperti industri mesin dan peralatannya yang anjlok pada Juli 2022 sebesar 6,28 persen secara bulanan dari US$2,7 miliar menjadi US$2,6 miliar.
Baca Juga
Pemerintah, lanjutnya, sedang menyorot penyebab penurunan impor di industri manufaktur tersebut. Agus menyebut salah satu faktor yang diduga menyebabkan penurunan adalah membaiknya rantai pasok bahan baku industri di Tanah Air.
"Kami menyorot penurunan impor yang dinilai menjadi indikasi perlambatan industri karena banyak berkaitan dengan bahan baku," ujarnya.
Dari segi ekspor, produk industri pengolahan pada Juli juga tercatat turun 4,45 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya dengan nilai US$17,4 miliar.
Menurut Agus, kondisi penurunan ekspor tidak akan berlanjut karena ekspor kelapa sawit dan produk turunannya sudah dibuka oleh pemerintah. Soalnya, pelarangan ekspor CPO disinyalir jadi penyebab utama penurunan ekspor Tanah Air.