Bisnis.com, JAKARTA – Laju inflasi Amerika Serikat bulan Juli 2022 diperkirakan melandai, namun masih tetap pada level yang tinggi. Data inflasi AS akan dirilis hari ini, Rabu (10/8/2022) pagi waktu New York.
Analis memperkirakan inflasi AS akan melandai tetapi masih tetap tinggi pada bulan Juli, sedangkan inflasi inti diperkirakan meningkat secara tahunan. Bagaimana data inflasi memengaruhi pandangan tentang laju pengetatan the Fed akan menjadi kunci terhadap sentimen risiko.
Analis Commonwealth Bank of Australia Carol Kong mengatakan The Fed perlu memastikan inflasi bergerak kembali ke target secara berkelanjutan sebelum mempertimbangkan untuk menghentikan siklus pengetatannya.
"Hasil inflasi yang kuat hari ini kemungkinan akan memperkuat FOMC yang masih jauh dari titik itu, dan pasar akan menyesuaikan kembali ekspektasi mereka untuk suku bunga ," ungkap Kong seperti dikutip Bloomberg, Rabu (10/8/2022).
Presiden Federal Reserve Bank of St. Louis James Bullard mengatakan The Fed akan siap untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi lebih lama jika inflasi terus mengejutkan ke atas.
Sementara itu, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto mengatakan penurunan harga bahan bakar serta makanan membawa penurunan ekspektasi konsumen terhadap inflasi AS.
Baca Juga
Hal ini didasarkan oleh survei ekspektasi konsumen Federal Reserve Bank of New York yang menunjukkan penurunan ekspektasi inflasi jangka pendek, menengah dan panjang di AS. Penurunan ini dipimpin oleh melemahnya ekspektasi harga gas dan makanan untuk sekitar satu tahun ke depan.
Penurunan ekspektasi rata-rata satu tahun dan tiga tahun ke depan berada pada 6,2 persen dan 3,2 persen pada Juli 2022 (dibandingkan 6,8 persen dan 3,6 persen pada Juni).
“Penurunan terjadi di semua kelompok pendapatan, di mana yang terbesar adalah di antara responden dengan pendapatan rumah tangga tahunan di bawah US$50.00 dan tingkat pendidikan tidak lebih dari sekolah menengah,” tulis Rully dalam risetnya, dikutip Rabu (10/8/2022).
Rully mengatkaan ekspektasi inflasi makanan turun pada laju tercepat dalam sejarah survei dan tercepat kedua untuk harga bensin.
Adapun harga pangan, yang naik 10,4 persen yoy di bulan Juni, diperkirakan akan meningkat 6,7 persen dalam 12 bulan ke depan. Demikian pula, responden memperkirakan harga gas, yang melonjak 60 persen YoY di bulan Juni, akan naik tipis 1,5 persen yoy selama tahun depan, penurunan bulanan terbesar kedua dalam sejarah survei.
Rully memperkirakan The Fed menarik akan mengatur ulang rencana kenaikan suku bunga untuk sisa tahun ini jika laju inflasi melambat.
Bulan lalu, The Fed telah mengisyaratkan bahwa akan tepat untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga kebijakan sambil menilai bagaimana penyesuaian kebijakan kumulatif mempengaruhi ekonomi dan inflasi AS. The Fed melihat ada tanda-tanda perlambatan pertumbuhan ekonomi, ditunjukkan dengan melemahnya pengeluaran dan produksi.
“Kami melihat bahwa survei Fed New York mungkin memberi alasan bank sentral untuk menarik mengatur ulang kenaikan suku bunga dalam tiga pertemuan FOMC terakhir tahun ini,” ungkap Rully.
Ia juga memperkirakan suku bunga acuan AS akan meningkat sebesar 50 bps pada bulan September, diikuti oleh kenaikan masing-masing sebesar 25 bps pada pertemuan FOMC pada bulan November dan Desember.
“Kami menilai kondisi ekonomi AS saat ini masih solid, ditunjukkan oleh data lapangan kerja yang kuat dan tingkat pengangguran yang rendah (3,5 persen). Selain itu, ekonomi AS juga mencatat 528 ribu pekerjaan di bulan Juli, melampaui konsensus 250 ribu,” pungkasnya.