Bisnis.com, JAKARTA — Amerika Serikat (AS) dan Negara G7 mengajak Indonesia untuk menetapkan batas harga atau price cap terhadap minyak Rusia.
Hal tersebut disampaikan oleh Pejabat Pemerintah Amerika Serikat (AS) dalam pertemuan yang dihadiri Bisnis, Selasa (9/8/2022) di Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta.
Dia menjelaskan bahwa kedatangan pihak pemerintah AS ke Jakarta untuk mengajak pemerintah Indonesia mengambil langkah atas kenaikan harga minyak global akibat Rusia.
Pejabat itu menyebut bahwa negara-negara G7 berkomitmen untuk tidak mengimpor minyak dari Rusia.
Harga minyak melambung setelah invasi Rusia ke Ukraina, dan Rusia sebagai produsen minyak justru mendulang untung dari kondisi tersebut, sehingga invasi itu pun dinilai memiliki motif ekonomi.
AS dan G7 pun mengajak Indonesia untuk menetapkan batas harga bagi minyak Rusia, sehingga tidak akan ada pembelian minyak maupun pelayanan jasa keuangan atas pengiriman minyak Rusia, jika transaksi berada di atas harga tersebut.
Baca Juga
"Ini akan menjadi sesuatu yang bagi Pertamina, ini menguntungkan mereka, karena mereka bisa mengimpor di harga yang berada di bawah harga pasar [saat ini]. Bisa mendapatkan minyak dari Rusia di bawah harga minyak [global]," ujar pejabat tersebut pada Selasa (9/8/2022).
Dia menyebut bahwa Indonesia merupakan importir minyak yang penting sehingga akan menerima manfaat jika harga minyak berhasil turun. Pejabat itu menyebut bahwa pemberlakuan price cap dapat menekan harga untuk turun tanpa mengganggu sisi produksinya (supply).
Sebelumnya, pada Maret 2021, PT Pertamina (Persero) sempat menyampaikan bahwa terdapat potensi untuk membeli minyak dari Rusia dengan harga yang baik.
Menurut Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, rencana itu sudah dibahas bersama Kementerian Luar Negeri dan Bank Indonesia.
Selang dua bulan, pada Mei 2022 Pertamina menyatakan bahwa peluang impor minyak dari Rusia tidak bisa berlanjut. Alasannya, stok bahan bakar minyak (BBM) di kilang milik Pertamina masih mencukupi untuk kebutuhan nasional.