Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duh! Indonesia Terancam Krisis Pangan, Ini Biang Keroknya

Kementan menyebut Indonesia berisiko krisis pangan karena butuh tambahan beras seiring dengan bertambahnya penduduk.
Petani beraktivitas di lahan persawahan di kawasan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (17/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petani beraktivitas di lahan persawahan di kawasan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (17/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut Indonesia butuh penambahan 800.000 penambahan beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya seiring dengan bertambahnya penduduk. Namun, yang menjadi persoalan adalah lahan pertanian terus menyusut.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) mencatat pada 2013 lahan pertanian mencapai 7,75 juta hektare namun pada 2019 turun menjadi 7,45 juta hektare.

Direktur Serelia Ditjen Tanaman Pangan Kementan Moh. Ismail Wahab mengatakan saat ini pemerintah tengah mengintensifkan varietas padi yang mampu meningkatkan produksi. Saat ini sudah Kementan sudah mengubah sebesar 67,64 persen varietas dulu. Yang baru, kata Ismail, seperti inpari 32 dan 42 sudah mengalahkan varietas ciherang yang dulu tinggi produktivitasnya.

“Dulu 2016 masih menempati urutan pertama sebagai varietas baru sebesar 36 persen. Sekarang menurun tinggal 19 persen digantikan inpari 32 dan 42. Artinya pada saat ini punya peningkatan produktivitas walaupun terjadi konversi lahan,” ujar Ismail dalam diskusi virtual Menangkis Ancaman Krisis Pangan Global, Selasa (9/8/2022).

Dia menambahkan, penggunaan pupuk subsidi pun sesuai target sasaran. Berdasar kajian litbang di 5 provinsi, berdampak pada produktivitas 0,7-1,7 persen. Selain, itu, hal yang membuat pangan kita aman, menurutnya, kondisi cuaca juga mendukung selama 3 tahun ini.

“Kondisi kemarau cukup untuk menananm padi, banjirnya juga tidak banyak sehingga bisa menanam dengan cukup baik,” ucapnya.

Di sisi lain, kredit usahara rakyat (KUR), kata dia, cukup tinggi yaitu Rp85 triliun dengan efektif membantu petani. Adapun, KUR penggilingan 2021 Rp17,2 triliun. Kemudian, lanjut Ismail, jaringan irigasi tersier sejak 2015 telah dibangun 29 bendungan dan 32 bendungan dalam proses.

“Kita juga sudah memaping produktivitas di masing-masing wilayah. Karena memang selama hampir 10 tahun produktivitas kita hanya sekitar 5,1-5,3 per hektare. Pergerakannya tidak sampai 6 dalam arti produktitvitas GKG [gabah kering giling]. Namun dalam gabah kering panen/GKP sudah mencapai 6,2 relatif tinggi. Dengan negara Asean kita nomor 2 setelah Vietnam,” ujarnya.

Ismail memaparkan bahwa luas panen padi pada Januari-Juni2021 dari 5,97 hektare, produksinya sebesar 30,63 juta GKG yang menghasilkan beras 17,56 juta ton. Kemudian luas panen pada Juli-Desember 2021 dengan luas 4,74 hektare produksinya mencapai 24,86 juta ton dan menghasilkan beras 14,25 juta ton.

“Sementara itu, pada 2022 pada semester I luas panennya 6,16 hasil produksinya 31,38 juta ton GKG dan produksi berasnya mencapai 18,0 juta ton. perhitungan kami produksi kita lebih tinggi pada akhir 2022 dibanding 2021. Artinya kinerjanya masih bagus untuk padi,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Indra Gunawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper