Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi indonesia akan mencapai di atas 5 persen pada tahun ini, di tengah tantangan gejolak ekonomi global yang tinggi.
“Tadi saya baru selesai rapat kabinet dengan Presiden, untuk 2022 kami optimistis bisa mencapai target pertumbuhan di atas 5 persen,” kata Bahlil dalam konferensi pers, Senin (8/8/2022).
Bahlil mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2022 yang mencapai 5,44 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) tumbuh di di luar ekspektasi, terutama di tengah ketidakpastian global yang tinggi.
Dia bahkan membandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan sejumlah mitra dagang. Menurutnya, konomi Indonesia tercatat tumbuh lebih tinggi, dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS) yang tumbuh sebesar 1,6 persen, China 0,4 persen, Korea Selatan 2,9 persen, dan Singapura 4,8 persen.
Di samping itu, Bahlil mengatakan tingkat inflasi di dalam negeri pun masih terkendali pada level 4,35 persen pada Juni 2022 (yoy). Pasalnya, beberapa negara Asean pada Juni 2022 bahkan telah mencatatkan tingkat inflasi yang tinggi, misalnya Singapura sebesar 6.68 persen, Thailand 7,66 persen, Laos 23,60 persen, Myanmar 17,30 persen, dan Filipina 6,10 persen.
“Di tengah kondisi global yang tidak menentu, hampir semua negara mengalami persoalan inflasi, di Indonesia sekalipun naik tapi masih terkendali,” jelasnya.
Baca Juga
Adapun, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2022 tercatat tumbuh pada hampir seluruh komponen, kecuali konsumsi pemerintah yang terkontraksi sebesar -5,24 persen secara tahunan.
Pendorong utama pertumbuhan ekonomi yaitu berasal dari sektor konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 5,51 persen secara tahunan. Sejalan dengan itu, pertumbuhan investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh positif sebesar 3,07 persen, meski melambat dari kuartal sebelumnya.
Bahlil menambahkan, dengan kondisi perekonomian Indonesia yang kuat hingga kuartal II/2022, kemungkinan resesi perekonomian sangatlah kecil.
“Resesi masih masih jauh sekali. Pertumbuhan ekonomi bagus 5,44 persen, inflasi masih terkendali di 4,35 persen, surplus neraca perdagangan US$15 miliar, investasi kita tumbuh, dan konsumsi tumbuh,” tuturnya.