Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenperin Genjot Produksi Gula, Tekan Gap Kebutuhan

Masih terdapat gap kebutuhan gula sekitar 850.000 ton untuk gula konsumsi dan 3,27 juta ton untuk gula rafinasi.
Alat khusus pengangkat mengatur tumpukan karung berisi gula rafinasi di salah satu pabrik di Makassar, Sulsel, beberapa waktu lalu. - Bisnis/Paulus Tandi Bone
Alat khusus pengangkat mengatur tumpukan karung berisi gula rafinasi di salah satu pabrik di Makassar, Sulsel, beberapa waktu lalu. - Bisnis/Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian mendorong peningkatan produktivitas industri gula melalui pola intensifikasi dan ekstensifikasi dalam mengakselerasi pemenuhan kebutuhan gula yang kian meningkat, terutama di pasar domestik.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan pihaknya tengah mengupayakan menekan perbedaan atau gap kebutuhan gula konsumsi, yakni gula Kristal putih atau GKP.

“Kemenperin sedang berupaya untuk meminimalkan gap jumlah produksi gula kristal putih. Oleh karenanya, untuk memenuhi jumlah kebutuhan yang meningkat, diperlukan produktivitas yang tinggi. Hal ini sesuai arahan Bapak Presiden agar produksi gula konsumsi bisa memenuhi kebutuhan masyarakat,” katanya dalam keterangan resmi, Minggu (7/8/2022).

Berdasarkan Keputusan Presiden No. 57/2004 tentang Penetapan Gula Sebagai Barang Dalam Pengawasan, gula dibagi menjadi tiga jenis, yaitu gula kristal mentah (GKM) yang digunakan sebagai bahan baku proses produksi, gula kristal putih (GKP) yang merupakan gula kebutuhan konsumsi langsung atau rumah tangga, dan gula kristal rafinasi (GKR) yang merupakan bahan baku industri.

Pada 2021, produksi gula nasional sebesar 2,35 juta ton yang terdiri dari produksi pabrik gula BUMN sebesar 1,06 juta ton dan pabrik gula swasta sebesar 1,29 juta ton. Sementara itu, kebutuhan gula 2022 mencapai sekitar 6,48 juta ton, terdiri dari 3,21 juta ton GKP dan 3,27 juta ton GKR.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan saat ini masih terdapat gap kebutuhan gula sekitar 850.000 ton untuk gula konsumsi dan 3,27 juta ton untuk gula rafinasi.

Lonjakan kebutuhan tersebut disebabkan oleh peningkatan konsumsi rumah tangga seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, pendapatan masyarakat dan tumbuhnya industri makanan dan minuman yang diproyeksi meningkat 5-7 persen per tahunnya.

Dalam menggenjot produksi gula, Putu meninjau PT Rejoso Manis Indo (RMI) di Blitar, Jawa Timur. Pada 2022, PT RMI mendapat pasokan tebu dengan luasan panen seluas 15.080 hektare (ha) dan potensi produksi sebesar 93.661 ton. Bila dibandingkan dengan tahun lalu, luas area panen meningkat dari 13.721 ha dan produksi GKP sebesar 67.677 ton.

“Untuk mewujudkan swasembada gula nasional, kami dari pemerintah sangat mengapresiasi atas upaya yang dilakukan oleh PT RMI dalam mengembangkan industri gula nasional dengan mendirikan pabrik gula yang terintegrasi dengan perkebunan tebu melalui kemitraan dengan petani tebu,” tuturnya.

PT RMI saat ini memiliki kapasitas giling 10.000 ton tebu per hari (TCD) dan dapat diperluas menjadi 20.000 TCD dan kapasitas produksi sebesar 1.500 ton per hari (TPD) dengan menggunakan teknologi Defekasi Remelt Karbonatasi (DRK).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper