Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indef Soroti Risiko Bocornya Impor Gula Rafinasi

Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mengkhawatirkan potensi bocornya impor gula rafinasi untuk industri makanan dan minuman.
Alat khusus pengangkat mengatur tumpukan karung berisi gula rafinasi di salah satu pabrik di Makassar, Sulsel, beberapa waktu lalu./Bisnis-Paulus Tandi Bone
Alat khusus pengangkat mengatur tumpukan karung berisi gula rafinasi di salah satu pabrik di Makassar, Sulsel, beberapa waktu lalu./Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA – Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyambut baik Indonesia yang sudah mengurangi impor gula pasir, tetapi mengkhawatirkan potensi bocornya impor gula rafinasi untuk industri makanan dan minuman.

Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad memprediksi penggunaan gula rafinasi akan makin tinggi mengingat jumlah pengusaha makanan dan minuman yang hampir menguasai pasar UMKM.

“Saya kira potensinya termasuk gula memang masih ada saya kira importasi masih akan tinggi. Dan yang mungkin di luar kewenangan Kementan adalah gula rafinasi yang cukup tinggi yakni 5,2 juta ton memang untuk industri,” ujarnya dalam diskusi Bisnis Indonesia Mid-Year Economic Outlook 2022, Rabu (3/8/2022).

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UMKM di Indonesia adalah sebesar 64,19 juta, dengan komposisi Usaha Mikro dan Kecil sangat dominan yakni 64,13 juta atau sekitar 99,92 persen dari keseluruhan sektor usaha yang di antaranya merupakan industri pengolahan makanan dan minuman.

Berdasarkan data BPS 2019, sekitar 3,9 juta industri mamin telah menggunakan gula Kristal rafinasi (GKR), dengan daerah terbesar industri mamin pengguna GKR tersebut adalah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatra Utara, dan Banten.

Besarnya jumlah kebutuhan gula, Tauhid khawatir bila ke depannya akan terjadi peningkatan impor gula rafinasi meski untuk gula pasir terjadi penurunan impor.

“Yang kami khawatirkan adalah Indonesia mengurangi importasi gula pasir tetapi bocornya gula rafinasi ke konsumsi domestik untuk sehari-hari ini lah yang dikahwatirkan, ini yang menjadi problem ke depan,” lanjutnya.

Data Kementerian Pertanian pada 2022 mencatat sejumlah bahan pangan masih memiliki jumlah impor yang tinggi, yakni kedelai, bawang putih, daging sapi/kerbau, dan gula pasir.

Kementan pada tahun ini telah menyetujui rencana impor kedelai sebesar 1,8 juta ton dengan jumlah terealisasi sebesar 869.500 ton. Sementara untuk gula pasir sudah masuk impor sebesar 1.041.628 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper