Bisnis.com, JAKARTA – Biaya Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung diestimasi bengkak sebesar US$1,176 miliar atau sekitar Rp16,8 triliun. Selain mengandalkan pembiayaan dari pemegang saham proyek Indonesia dan China, biaya bengkak atau cost overrun akan dibiayai dari sumber lain yakni pinjaman dari China Development Bank (CDB).
Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menilai bahwa skema pinjaman tidak terelakkan mengingat biaya investasi terhadap proyek perkeretaapian yang tinggi. Melalui skema konsesi, bahkan butuh waktu hingga 50 tahun lebih agar investor bisa balik modal.
"Memang [waktu balik modal investasi] kereta itu tidak mungkin cepat, mesti di atas 50 tahun. Kalau 70 tahun wajar. Tol aja ada yang 40 tahunan. Soalnya kalau kereta itu membuat sarana dan prasarana," terang Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Djoko Setijowarno, Kamis (4/8/2022).
Di sisi lain, Djoko menilai CDB bisa jadi merupakan pilihan terbaik untuk mencari pinjaman guna menutup biaya bengkak proyek kereta cepat. Seperti diketahui, jika sesuai target, kereta cepat akan segera diuji coba pada akhir 2022 dan meluncur pada 2023.
Artinya, jeda waktu yang dimiliki untuk mencari sumber pendanaan lain untuk cost overrun proyek tidak banyak.
"Saya pikir dalam waktu pendek untuk mencari sumber pendanaan baru agak berat," ujar Djoko.
Baca Juga
Untuk diketahui, rencana tarif angkutan Kereta Cepat Jakarta–Bandung nantinya Rp250.000 sampai dengan Rp350.000 sesuai dengan kelas penumpang. Rencana tarif masih dikaji seiring dengan persiapan proyek kereta cepat.
Adapun, Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) Dwiyana Slamet mengatakan nilai cost overrun akan dinegosiasikan antara dua pemilik saham KCIC, yakni konsorsium BUMN Indonesia PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan China Beijing Yawan HSR Co.Ltd.
Dwiyana menjelaskan pembiayaan cost overrun, atau biaya bertambah dari anggaran awal (initial budget), sudah menjadi tanggung jawab PSBI dan Beijing Yawan sesuai dengan shareholders agreement. Di luar itu, pengajuan pinjaman bisa dilakukan misalnya ke China Development Bank (CDB) yang sebelumnya sudah ikut serta memberikan pendanaan ke proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
"Setelah melihat kalkulasi besaran biaya tambahannya, itu mungkin melihat bahwa perlunya dilibatkan pihak lain untuk mendapatkan sumber pendanaan. Mungkin kita bisa sampaikan lagi ke CDB untuk jadi lender terkait dengan adanya penambahan biaya," terangnya pada April 2022.
Untuk porsinya, pembiayaan cost overrun sebesar 25 persen akan berasal dari KCIC, yang mana 60 persen di antaranya berasal dari Indonesia sesuai proporsi kepemilikan saham. Sementara itu, 75 persen akan berasal dari pinjaman.