Bisnis.com, JAKARTA - Biaya Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung diestimasi bengkak sebesar US$1,176 miliar atau sekitar Rp16,8 triliun. Selain mengandalkan pembiayaan dari pemegang saham proyek Indonesia dan China, biaya bengkak atau cost overrun akan dibiayai dari sumber lain yakni seperti pinjaman atau utang.
Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) Dwiyana Slamet mengatakan bahwa nilai cost overrun nantinya akan dinegosiasikan antara dua pemilik saham KCIC, yakni konsorsium BUMN Indonesia PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan China Beijing Yawan HSR Co.Ltd.
Dwiyana menjelaskan bahwa pembiayaan cost overrun, atau biaya bertambah dari anggaran awal (initial budget), sudah menjadi tanggung jawab PSBI dan Beijing Yawan sesuai dengan shareholders agreement. Di luar itu, pengajuan pinjaman bisa dilakukan misalnya ke China Development Bank (CDB) yang sebelumnya sudah ikut serta memberikan pendanaan ke proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung.
"Setelah melihat kalkulasi besaran biaya tambahannya, itu mungkin melihat bahwa perlunya dilibatkan pihak lain untuk mendapatkan sumber pendanaan. Mungkin kita bisa sampaikan lagi ke CDB untuk jadi lender terkait dengan adanya penambahan biaya," terangnya beberapa waktu lalu.
Untuk porsinya, pembiayaan cost overrun sebesar 25 persen akan berasal dari KCIC, yang mana 60 persen di antaranya berasal dari Indonesia sesuai proporsi kepemilikan saham. Sementara itu, 75 persen akan berasal dari pinjaman.
Untuk diketahui, Komisi VI DPR pada Juli 2022 lalu telah memberikan lampu hijau bagi Penyertaan Modal Negara (PMN) ke PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai leading consortium PSBI. Total yang disetujui yakni Rp4,1 triliun, untuk pembiayaan cost overrun.
Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo mengatakan bahwa saat ini cost overrun proyek KCJB diestimasi US$1,17 miliar sampai dengan US$1,9 miliar (sekitar Rp17 triliun sampai dengan Rp28 triliun). Pembengkakan biaya itu terdiri dari keperluan pembebasan lahan, Engineering Procurement Construction (EPC), financing cost, praoperasi, dan lain-lain.
Untuk diketahui, nilai pembengkakan biaya atau cost overrun proyek Kereta Cepat yang sudah ditemukan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) mencapai US$1,176 miliar, atau setara dengan Rp16,8 triliun. Hasil temuan tersebut sudah diserahkan kepada Kementerian BUMN pada Maret 2022.
Berdasarkan catatan Bisnis, biaya awal pembangunan Kereta Cepat ini sebesar US$6,07 miliar atau sekitar Rp86,5 triliun.
Saat ini, progres investasi proyek Kereta Cepat Jakarta– Bandung telah mencapai 85 persen. Sementara itu, progres fisik proyek telah mencapai 76 persen.
Kereta Cepat Jakarta–Bandung nantinya akan beroperasi di jalur ganda sepanjang 142,3 km yang akan berhenti di empat stasiun yaitu Stasiun Halim (Jakarta), Karawang, Padalarang, dan Tegalluar (Bandung).