Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mantan Menkeu Chatib Sarankan BI Naikkan Suku Bunga, Kenapa?

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia diharapkan mampu menahan laju inflasi.
Mantan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu (kiri) dan Mantan Menteri Keuangan Chatib  Basri dalam sebuah diskusi sebelum pandemi Covid-19./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Mantan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu (kiri) dan Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri dalam sebuah diskusi sebelum pandemi Covid-19./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia didorong menaikkan suku bunga acuan (BI7DRR) sebagai antisipasi melonjaknya inflasi.

Ekonom Universitas Indonesia yang juga Mantan Menteri Keuangan 2013-2014 Chatib Basri melihat potensi inflasi Indonesia akan naik. Dia menyebutkan meskipun saat ini tingkat inflasi Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan banyak negara emerging market.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi IHK secara tahunan mencapai 4,94 persen (year-on-year/yoy). Namun, Chatib melihat ada potensi inflasi akan meningkat, meskipun dia tidak menyebutkan secara spesifik berapa persen dan kapan inflasi tersebut akan naik.

"Saya dapat membayangkan bahwa setiap bank sentral di seluruh dunia, kecuali China, mencoba melakukan pengetatan untuk memperkenalkan siklus pengetatan," katanya dalam diskusi Emerging Markets: Anticipating Strong Headwinds yang digelar secara virtual, Rabu (3/8/2022).

Oleh karena itu, dia menyarankan agar Bank Indonesia (BI) juga mengambil siklus pengetatan pada akhir tahun ini atau mungkin tahun depan. Sebagaimana diketahui, sejumlah bank sentral di beberapa negara telah menaikkan suku bunga acuannya guna menekan inflasi.

Beberapa negara tersebut antara lain AS dimana suku bunga acuannya naik 150 bps sejak awal 2022 menjadi 1,75 persen, Rusia naik 100 bps sejak awal 2022 menjadi 9,5 persen, dan Brasil naik 400 bps sejak awal 2022 menjadi 15,5 persen.

Beberapa negara di Asia juga turut menaikkan suku bunga acuannya seperti Sri Lanka, Filipina, India dan Korea Selatan.

BI sendiri masih mempertahankan suku bunga acuan atau BI7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya menyampaikan, keputusan tersebut konsisten dengan perkiraan inflasi yang masih terjaga di tengah risiko dampak perlambatan ekonomi global pada pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Bahkan, dia sempat menyampaikan bahwa naiknya suku bunga di beberapa negara tak lantas membuat BI menaikkan suku bunga acuannya.

"Semuanya tergantung kondisi dalam negeri," tegas Perry, mengutip Bisnis, Rabu (3/8/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper