Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Naikkan Suku Bunga, Chatib Basri Ungkap Dampaknya ke Emerging Market

Bank Sentral AS, The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya pada akhir Juli lalu sebesar 75 basis poin menjadi 2,25 persen hingga 2,5 persen.
Pengamat Ekonomi M. Chatib Basri./FB Sri Mulyani
Pengamat Ekonomi M. Chatib Basri./FB Sri Mulyani

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Sentral AS The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya pada akhir Juli lalu sebesar 75 basis poin menjadi 2,25 persen hingga 2,5 persen.

Mantan Menteri Keuangan 2013-2014 Chatib Basri menilai, The Fed perlu terus menaikkan suku bunganya, sekitar 50 basis poin lagi di dua putaran berikutnya dan diperkirakan akan berlanjut pada akhir 2023.

Sebagaimana diketahui, pertumbuhan ekonomi di AS tumbuh negatif selama dua kuartal berturut-turut. Chatib menuturkan, jika ekonomi AS melambat, maka akan berdampak ke negara-negara Eropa dan China.

China sendiri memiliki peranan yang sangat penting terutama bagi negara-negara seperti Indonesia dan Australia dengan sumber daya alam yang dihasilkan.

Harga batu bara yang saat ini tengah melonjak naik, perlu diantisipasi dari sekarang lantaran menurutnya, ketika pertumbuhan global melambat, maka akan berdampak terhadap energi. Hal serupa sudah terjadi pada harga komoditas seperti minyak sawit misalnya.

"Sehingga emerging market perlu mengantisipasi kemungkinan spillover, spillover negatif, yang mungkin juga merupakan perlambatan ekonomi," katanya dalam Emerging Markets: Anticipating Strong Headwinds yang digelar secara virtual, Rabu (3/8/2022).

Isu lain yang perlu diantisipasi oleh emerging market adalah siklus pengetatan, lantaran dia melihat jebakan inflasi di banyak negara di dunia, tidak hanya di AS, tetapi juga di Eropa.

Dalam kasus Indonesia, lanjut dia, meskipun inflasi masih relatif rendah jika dibandingkan dengan negara emerging market lainnya,  yaitu 4,9 persen, namun dia melihat potensi inflasi akan naik.

"Saya dapat membayangkan bahwa setiap bank sentral di seluruh dunia, kecuali China, mencoba melakukan pengetatan untuk memperkenalkan siklus pengetatan," ujar dia.

Sehingga, menurut Chatib, Bank Indonesia (BI) juga perlu mengambil siklus pengetatan pada akhir tahun ini atau mungkin pada 2023 mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper