Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan inflasi pangan akan turun pada Agustus 2022 hingga akhir tahun seiring dengan pasokan komoditas pangan yang bakal meningkat.
Hal tersebut disampaikan Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers KSSK Hasil Rapat Berkala KSSK III Tahun 2022 yang dipantau secara virtual pada Senin (1/8/2022). Dia mengatakan pantauan terkait ketersediaan pangan telah dilakukan di 46 kantor perwakilan BI di berbagai posisi.
"Pasokan bawang merah, cabe merah, cabe rawit telur ayam, daging sapi dan juga tentu saja sekarang yang sudah bagus adalah minyak goreng," kata Perry, dikutip Selasa (2/8/2022).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 4,94 persen pada Juli 2022, menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2015. Angka tersebut hampir sama dengan perkiraan BI dimana inflasi IHK pada Juli 2022 diperkirakan berada di level 4,89 persen.
Kendati demikian, Perry melihat hal tersebut masih wajar lantaran jika dilihat dari komponennya, inflasi yang hampir mencapai 5 persen tersebut terutama karena inflasi harga pangan.
"Perbedaan sedikit lebih tinggi itu dalam perkiraan itu masih wajar. Tapi tolong dilihat apa komponennya. Kenapa inflasi IHK 4,94 persen itu terutama karena inflasi harga pangan," ujarnya.
Baca Juga
Sebagaimana diketahui, inflasi harga pangan mencapai 11,47 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Juli 2022, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,07 persen yoy.
Gangguan pasokan dari luar negeri, alnjutnya, harga-harga pangan dan juga kondisi di dalam negeri seperti faktor cuaca dan musiman telah mendorong inflasi harga pangan di level tersebut.
Meski inflasi IHK hampir mencapai 5 persen pada bulan ini, namun Perry menyampaikan tak perlu khawatir lantaran inflasi inti pada Juli 2022 terjaga rendah sebesar 2,86 persen (year-on-year/yoy), meski sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,63 persen.
Inflasi inti yang terjaga rendah tersebut menjadi salah satu dasar kebijakan suku bunga BI, lantaran inflasi inti mencerminkan permintaan dan penawaran.
"Dengan demikian tidak secara otomatis kalau suku bunga negara lain naik, suku bunga BI di Indonesia juga naik. Semuanya tergantung kondisi di dalam negeri, itu yang pertama bahwa kebijakan suku bunga BI didasarkan pada proyeksi inflasi inti dan pertumbuhan ekonomi," jelasnya.