Bisnis.com, JAKARTA - Rusia kembali menegaskan akan memotong pasokan gas ke Eropa mulai Rabu (27/7/2022). Keputusan ini diambil sebagai pukulan bagi negara-negara yang telah mendukung Ukraina.
Sayangnya, keputusan ini datang setelah adanya harapan bahwa tekanan ekonomi dapat mereda setelah Rusia setuju untuk membiarkan Ukraina mengekspor gandum dari pelabuhan Laut Hitam.
Kapal pertama dari Ukraina dapat berlayar dalam beberapa hari ke depan di bawah kesepakatan yang disepakati pada hari Jumat (22/7/2022), menurut PBB.
Kesekapatan ini dibuat meskipun ada serangan rudal Rusia di pelabuhan Ukraina, Odesa, selama akhir pekan lalu.
Melonjaknya biaya energi dan ancaman kelaparan yang dihadapi jutaan orang di negara-negara miskin menunjukkan bagaimana konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II, yang sekarang memasuki bulan keenam, berdampak jauh melampaui Ukraina.
Militer Ukraina pada hari Selasa (26/7/2022) melaporkan serangan rudal jelajah Rusia di wilayah selatan, dan bahwa pasukan Ukraina telah mencapai target musuh. Kementerian pertahanan Rusia tidak segera menjawab permintaan komentar di luar jam kerja.
Baca Juga
Dikutip dari Channel News Asia, Presiden Vladimir Putin memperingatkan negara Barat pada awal bulan ini bahwa sanksi mereka berisiko memicu kenaikan harga energi global yang besar.
Raksasa energi Rusia Gazprom, mengutip instruksi dari Kementerian Industri dirilis Senin (25/7/2022), mengatakan aliran gas ke Jerman melalui pipa Nord Stream 1 akan turun menjadi 33 juta meter kubik per hari mulai Rabu esok.
Jumlah pasokan gas tersebut adalah setengah dari arus yang mengalir yang saat ini hanya 40 persen dari kapasitas normal. Sebelum perang, Eropa mengimpor sekitar 40 persen gasnya dan 30 persen minyaknya dari Rusia.
Kremlin mengatakan gangguan gas adalah akibat dari masalah pemeliharaan dan sanksi Barat, sementara Uni Eropa menuduh Rusia melakukan pemerasan energi.
Menambah kekhawatiran di bidang energi, perusahaan operator pipa negara Ukraina mengatakan raksasa gas Rusia Gazprom tanpa pemberitahuan sebelumnya telah meningkatkan tekanan tajam. Seperti diketahui, pipa mereka mengalir melalui Ukraina untuk mengirimkan gas Rusia ke Eropa.
Lonjakan ketegangan di sekitar area pipa dapat menyebabkan keadaan darurat termasuk pecahnya pipa, dan operator pipa berkewajiban untuk saling memberi tahu tentang hal itu sebelumnya, kata perusahaan Ukraina. Sayangnya, Gazprom tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar.
Gazprom memperkirakan bahwa itu memasok 41,7 juta meter kubik (mcm) melalui pipa itu pada hari Senin (25/7/2022), dibandingkan 41,2 mcm sehari sebelumnya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa pemotongan tersebut menunjukkan bahwa Eropa harus meningkatkan sanksi terhadap Rusia.
"Ini adalah perang gas terbuka yang dilancarkan Rusia melawan Eropa yang bersatu," kata Zelenskyy.
Gelombang Penolakan
Negara-negara Uni Eropa akan bergulat dengan peraturan darurat yang dapat memaksa pengurangan 15 persen dalam konsumsi gas selama musim dingin jika Rusia meningkatkan pertikaiannya dengan blok tersebut dengan menghentikan pengiriman.
Dikutip dari Bloomberg, para menteri energi dari 27 negara anggota blok itu akan bertemu pada Selasa ini (26/7/2022) untuk membahas dukungan proposal dari Komisi Eropa.
Sementara kesepakatan politik dapat dicapai, tetapi tetap ada kekhawatiran kesepakatan itu akan kekurangan taji. Banyak negara anggota skeptis untuk membuat target sukarela dalam rangka mengurangi konsumsi gas Rusia.
Menteri Iklim Polandia Anna Moskwa mengatakan kebijakan memaksa pemangkasan tidak dapat diterima. “Memaksa negara-negara anggota untuk menerima pengurangan wajib tanpa mengetahui apa yang akan terjadi pada musim dingin yang akan datang dan tanpa mengamankan kepentingan mereka,” kata Moskwa.
Dia menegaskan bahwa Polandia siap untuk menghadapi musim dingin dan Polandia tidak perlu menerapkan pengurangan penggunaan gas untuk rumah tangga dan industri.
Beberapa negara, termasuk Italia, Hungaria, Polandia, Portugal dan Spanyol, telah menyuarakan keprihatinan atas tujuan pengurangan konsumsi gas tersebut.
Menyoroti kerumitan pembicaraan, Yunani, yang menentang rencana Komisi Uni Eropa, akan mengusulkan pembentukan mekanisme pan-Eropa untuk menawarkan kompensasi untuk mengurangi konsumsi gas industri. Hal ini diungkapkan oleh sumber Bloomberg yang akrab dengan proposal tersebut.
Komisi Uni Eropa mengatakan pekan lalu bahwa penghentian gas Rusia pada bulan Juli ini akan berarti bahwa cadangan gas Uni Eropa dapat berkurang menjadi 65 persen hingga 71 persen penuh pada awal November, di bawah target 80%.
Mengisi kembali cadangan musim panas mendatang mungkin dapat menantang, dengan stok pada Oktober 2023 berpotensi hanya mencapai sekitar setengah dari kapasitas penuh, menurut simulasi yang dijalankan oleh cabang eksekutif blok tersebut.
Patut digaris bawahi, Komisi Uni Eropa memperkirakan penghentian pasokan gas Rusia ke Eropa akan berpotensi mengurangi produk domestik bruto sebanyak 1,5 persen jika musim dingin dan kawasan gagal mengambil tindakan pencegahan untuk menghemat energi.
Jika terjadi musim dingin, pemotongan gas Rusia dapat menurunkan PDB antara 0,6 persen dan 1 persen.