Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan dari China Anjlok, Philips Pangkas Proyeksi Pendapatan Tahun 2022

Philips memangkas pertumbuhan pendapatan tahun ini menjadi 3 persen.
Logo Philips./Bloomberg
Logo Philips./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - (Bloomberg) – Royal Philips NV memangkas proyeksi pendapatan sepanjang tahun 2022 di tekanan inflasi, masalah rantai pasokan, dan lockdown Covid-19 di China memangkas pendapatan lebih dari setengahnya pada kuartal kedua.

Dilansir Bloomberg pada Senin (25/7/2022), produsen peralatan medis asal Belanda ini memperkirakan penjualan tumbuh 3 persen tahun ini, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 5 persen.

Penurunan proyeksi ini menyusul pesanan di China yang turun sekitar 30 persen pada kuartal II/2022 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya karena pembatasan Covid-19 yang ketat.

CEO Philips Frans van Houten mengatakan perseroan tengah dilanda banyak tekanan pada kuartal kedua tahun ini.

“Pesanan terus berdatangan; kami hanya perlu menyiapkan persediaan dan chip (semikonduktor) untuk mengirimkan pesanan yang kuat itu,” kata van Houten seperti dikutip Bloomberg, Senin (25/7/2022).

Perusahaan-perusahaan di seluruh Eropa sedang berjuang menghadapi gangguan rantai pasokan di tengah lonjakan inflasi. Kekurangan pasokan semikonduktor global telah memukul produk mulai dari mobil hingga peralatan medis, sementara biaya energi, tenaga kerja, dan bahan dasar lainnya melonjak.

Karena tantangan tersebut terus berlanjut, Philips kembali memangkas outlook jangka menengahnya, sekarang memperkirakan margin pendapatannya akan berkisar antara 14 persen dan 15 persen dari tahun 2023 hingga 2025, alih-alih meningkat sebanyak 90 basis poin. Perusahaan juga memangkas estimasi arus kas bebas menjadi sekitar 2 miliar euro ($2 miliar).

Philips mengatakan EBITDA mencapai 216 juta euro pada kuartal II/2022, jauh di bawah perkiraan rata-rata sebesar 347,7 juta euro dalam survei Bloomberg. Kinerja ini anjlok lebih dari 50 persen dari 532 juta euro selama periode yang sama pada tahun 2021.

Sementara itu, Philips terus menghadapi sekitar 300 kasus pengadilan atas busa peredam kebisingan di dalam ventilator yang menangani sleep apnea. Pengguna telah menuduh bahwa menghirup busa setelah hancur menimbulkan risiko kanker.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper