Bisnis.com, JAKARTA – Impor etanol dari Pakistan yang marak karena tarif masuk 0 persen menambah beban pelaku industri etanol setelah ditimpa kenaikan harga bahan baku dan biaya energi.
Direktur Utama PT Madurasa Murni Indah Tbk. (MOLI) Adikin Basirun mengatakan pemerintah perlu melakukan evaluasi atas pembebasan biaya masuk 0 persen untuk impor etanol dari Pakistan yang saat ini sedang membanjiri Indonesia.
"Safe guard instrumen perlu untuk mengurangi tekanan impor berlebih. Kebutuhan dalam negeri cukup. Bahkan, produk etanol Indonesia sudah ekspor," ujar Adikin ketika menyampaikan public expose, Senin (25/7/2022).
Mengutip data perusahaan, harga etanol yang diproduksi di Indonesia lebih mahal dibandingkan dengan etanol yang diimpor dari Pakistan dengan tarif 0 persen.
Selain itu, terjadi kelebihan pasokan akibat peningkatan etanol impor dari Pakistan yang disusul dengan penurunan harga etanol di pasar domestik.
Akibatnya, emiten MOLI ini memasang target konservatif pada tahun ini. Adikin menjelaskan bisnis produk etanolnya tengah ditekan dari dua sisi, baik dari permintaan maupun produksi.
Sejak pandemi, permintaan etanol tetap tinggi karena kebutuhan akan konsumsi hand sanitizer, desinfektan, dan antiseptik yang meningkat. Apalagi permintaan dari segmen kosmetik juga meningkat seiring relaksasi PPKM pada 2022.
Sayangnya, harga etanol di pasar domestik mengalami penurunan akibat meningkatnya volume etanol impor dari Pakistan dengan tarif impor nol persen.
Kendati demikian, perusahaan terus melakukan ekspansi. MOLI menargetkan pabrik etanol kedua rampung dibangun pada semester I/2023 untuk mengerjakan pasar ekspor. Pabrik kedua ini bakal memiliki kapasitas mencapai 50.000 kiloliter, melengkapi kapasitas saat ini sebesar 80.000 KL menjadi total 130.000 KL.