Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bulog Pakai PMN Garap Pengolahan Gabah dan Beras Modern, Ini Hasilnya

Perum Bulog memanfatakn dana Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp2 triliun untuk mengembangkan infrastruktur pengolahan gabah dan beras secara mandiri.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (27/6/2022). ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (27/6/2022). ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Bisnis.com, YOGYAKARTA – Perum Bulog mengoptimalkan skema Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp2 triliun pada 2016 untuk mengembangkan infrastruktur pengolahan bahan pangan secara modern.

Hasilnya, yakni sentra pengolahan gabah dan beras modern berupa Modern Rice Milling Plant (MRMP) yang tersebar di 10 kota/kabupaten, dan Rice to Rice (RTR) di tujuh kota/kabupaten.

Saat ini, Bulog berencana menambah tiga fasilitas MRMP di provinsi Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan. Sebelumnya, 10 MRMP sudah tersebar di Bojonegoro, Magetan, Jember, Banyuwangi, Sumbawa, Sragen, Kendal, Subang, Karawang, dan Lampung.

"Kami bangun 10 MRMP di 10 wilayah sentral produksi beras. Selanjutnya akan ada tambahan tiga sehingga akan ada total 13 MRMP," terang Direktur Utama Bulog Budi Waseso di MRMP Kendal, Kamis (21/7/2022).

Saat ini, tiga MRMP tambahan berada di tahap studi kelayakan atau feasibility study (FS) dan akan didanai dengan sisa PMN yang dikucurkan negara sekitar 6 tahun yang lalu. Proses kontrak diharapkan bisa dilakukan akhir 2022 sehingga akhir 2023 bisa mulai dioperasikan.

Pria yang kerap disapa Buwas itu menjelaskan bahwa setiap MRMP yang ada mampu menyimpan kapasitas total gabah sebanyak 6.000 ton, dan bisa memproduksi beras 60 ton per hari.

Dengan adanya 13 MRMP maka total potensi kapasitas gabah yang bisa disimpan di sentra-sentra tersebut bisa mencapai 78.000 ton gabah.

Buwas menambahkan kapasitas penyimpanan gabah tidak sama dengan kapasitas penyerapan Bulog tergadap gabah milik petani. Dalam artian, gabah-gabah yang sudah dikeringkan melalui pengering di fasilitas MRMP bisa disimpan dalam jumbo bag dan nantinya disimpan di berbagai gudang milik Bulog.

"Perkiraan waktu kita 1-2 bulan gabah-gabah itu diproses jadi beras, paling lama 3 bulan. Jadi kita bisa tampung sebanyak mungkin dengan menggunakan gudang Bulog yang lain," terangnya.

Berbeda dengan MRMP, RTR tidak mengolah gabah menjadi beras. RTR berfungsi untuk mengolah beras asalan dari petani menjadi beras jadi medium atau premium.

Saat ini, terdapat tujuh RTR yang sudah operasional yakni di Jakarta, Indramayu, Sukoharjo, Sidoarjo, Lombok Timur, Makassar, dan Sidrap.

Setiap jam, RTR bisa memproduksi 6-7 ton. Dalam satu hari, RTR minimal bisa memproduksi sekitar 48 ton beras baik untuk komersial maupun berfungsi sebagai cadangan beras pemerintah (CBP).

Sementara itu, Bulog mencatat bahwa kapasitas RTR bisa memproduksi 80.640 ton beras per tahun. Pemasaran beras yang diolah di RTR dilakukan di grosir, platform online ipangandotcom, dan lain-lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper