Bisnis.com, KENDAL - Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) optimistis soal wacana eskpor beras yang dilemparkan pertama kali oleh pemerintah, sejalan dengan absennya impor beras Indonesia tiga tahun belakangan ini.
Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengungkap alasan di balik optimismenya ini merupakan infrastruktur penggilingan dan pengolahan gabah dan beras modern yakni Modern Rice Milling Plant (MRMP), yang saat ini sudah berada di 10 daerah di Jawa, Sumatera, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Ke depan, pria yang biasa disapa Buwas itu menyebut akan menambah tiga lagi MRMP di NTB dan Sulawesi Selatan. Alhasil, Bulog menargetkan terdapat 13 MRMP yang bisa membantu penyerapan gabah dari petani.
"Jadi kalau mau ekspor [beras] bukan hal yang tidak mungkin. Kalau ini [pengoperasi MRMP] sudah bisa normal dan konsisten memproduksi secara konstan, kita bisa ekspor dengan kualitas yang baik dan tidak memalukan," ujar Buwas, Kamis (21/7/2022).
Untuk diketahui, 10 MRMP yang sudah dibangun saat ini berada di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan NTB. Kapasitas penyimpanan gabah di MRMP yakni 6.000 ton, dan kemampuan pengeringan gabah (dryer) 120 ton per hari dan produksi beras 60 ton per hari.
Tidak hanya memanfaatkan MRMP untuk menyimpan gabah, Bulog juga akan menyimpan gabah yang sudah dikeringkan ke dalam jumbo bag, dan disimpan di gudang-gudang yang dimiliki.
Baca Juga
Di samping itu, Buwas memastikan ongkos biaya pengantaran gabah dari sawah petani menuju MRMP tidak akan membengkak karena adanya sentra-sentra penyerapan gabah petani. Sentra penyerapan gabah itu tersebar di dekat dengan sawah petani dan dilengkapi oleh mesin pengering dan pemecah kulit.
"Jadi petani dekat wilayah itu tidak harus ke sini [MRMP]. Cukup disimpang di sentra-sentar [terdekat] dan akan dikirim ke [MRMP] oleh Bulog," jelas Buwas.
Adapun, saat ini stok ketersediaan cadangan beras pemerintah (CBP) sekitar 1,1 juta ton. Stok tersebut masih berada di kisaran berdasarkan Rapat Koordinais Terbatas (Rakortas) Kebijakan Pangan oleh pemerintah yakni 1-1,5 juta ton.
Seebelumnya, pemerintah berencana untuk mengekspor 200.000 ton beras ke sejumlah negara sahabat dalam rangka mengatasi krisis pangan dan energi akibat perang Rusia-Ukraina. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa ekspor beras didorong oleh permintaan negara sahabat.
Selain itu, Airlangga menyebut Presiden Joko Widodo merupakan satu dari enam kepala negara yang dipilih oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai anggota Champion Group of the Global Crisis Response Group (GCRG) dari wakil negara-negara G20.
"Kami ke depan akan melakukan ekspor beras sebesar 200.000 ton, karena diminta oleh beberapa negara sahabat, apalagi Presiden menjadi group champion dari GCRG," katanya di Istana Negara, pertengahan Mei 2022 lalu.