Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan LNG Tinggi, Aspermigas Minta Eropa Investasi di Hulu Migas Indonesia

Saat ini Uni Eropa memerlukan pasokan gas yang relatif tinggi dari beberapa lapangan migas besar di sejumlah negara. Eropa membutuhkan setidaknya 25 hingga 40 triliun kaki kubik (trillion cubic feet/TFC) setiap harinya.
Ilustrasi pipa gas. /Antara
Ilustrasi pipa gas. /Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) meminta Uni Eropa untuk ikut berinvestasi di sektor hulu minyak dan gas (Migas) seiring dengan permintaan gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) yang belakangan meningkat dari benua biru itu. Permintaan itu disampaikan saat Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket bertemu dengan pengurus Aspermigas terkait dengan rencana pembelian LNG tahun ini.

Direktur Aspermigas Moshe Rizal menuturkan asosiasinya meminta Uni Eropa untuk mengintensifkan investasi pada sektor hulu Migas Indonesia jika ingin mendapatkan pasokan LNG di tengah penolakan impor energi dari Rusia. Alasannya, Indonesia memerlukan pendanaan modal yang cukup besar untuk meningkatkan kapasitas produksi gas di tengah ongkos eksploitasi dan eksplorasi yang mahal.

“Saya usulkan kemarin kepada pak Dubes Uni Eropa kalau mau gas dari Indonesia perusahaan kalian harus investasi di Indonesia, tidak hanya sebagai pembeli tetapi juga investor,” kata Moshe saat dihubungi, Senin (18/7/2022).

Moshe mengatakan PT Pertamina (Persero) bersama dengan sejumlah Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) swasta relatif memerlukan bantuan dana yang relatif besar untuk mengembangkan lapangan migas prospektif di dalam negeri.

Di sisi lain, Uni Eropa memerlukan pasokan gas yang relatif tinggi dari beberapa lapangan migas besar di sejumlah negara. Menurut Moshe, Uni Eropa membutuhkan setidaknya 25 hingga 40 triliun kaki kubik (trillion cubic feet/TFC) setiap harinya.

“Saya bilang misalnya dari sisi Masela, Shell kan mau keluar, tolong dibujuk kembali mungkin mereka bisa tidak keluar untuk meneruskan proyek di Lapangan Abadi,” tuturnya.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan realisasi lifting LNG tidak bakal memenuhi target yang ditetapkan pada akhir 2022. Sementara permintaan LNG dari beberapa negara Eropa belakangan meningkat di tengah disrupsi pasokan energi Rusia pada tahun ini.

Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan melesetnya perkiraan lifting LNG pada tahun ini sebagian besar dipengaruhi karena lambannya pembangunan fasilitas Train 3 LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Provinsi Barat pada kuartal pertama 2023.

“Produksi LNG semester II dari target agak kurang ya karena kan Train 3 sendiri kan agak lambat ya,” kata Fatar saat ditemui di Kantor SKK Migas, Jakarta, Senin (18/7/2022).

Proyek LNG Tangguh dikerjakan secara gabungan antara British Petroleum sebagai operator dan pemerintah Indonesia sebagai kontraktor dengan luas mencapai 5.966,9 kilometer persegi.

Produksi LNG dimulai pada Juni 2009, dan kargo LNG pertama dikirim pada Juli 2009. Proyek LNG Tangguh menghasilkan 7,6 juta ton LNG setiap tahunnya melalui Train 1 dan 2.

Saat ini sedang dikembangkan proyek Train 3, dengan estimasi nilai investasi sebesar US$8,9 miliar dan akan menghasilkan 3,8 juta ton LNG per tahun. Hasil produksi Train 3 akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan gas domestik termasuk untuk pembangkit listrik PT PLN (Persero).

Di sisi lain, Fatar mengatakan, potensi tambahan produksi LNG mendatang bakal ikut didukung dengan temuan cadangan Migas yang cukup besar di Blok Andaman II yang dikerjakan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Premier Oil, bagian dari Harbour Energy Company yang terletak 150 kilometer lepas pantai Aceh. Berdasarkan pengujian, sumur mengalirkan gas sebesar 27 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan 1.884 barel kondensat per hari (BOPD).

Adapun, berdasarkan keterangan yang diterima Bisnis, Blok Andaman II yang baru berhasil diidentifikasi itu diperkirakan memiliki sumber daya gas bumi mencapai 6 triliun kaki kubik (trillion cubic feet/TFC). Hanya saja, Fatar mengatakan, lembagannya masih perlu mengkaji lebih dahulu ihwal perkiraan potensi sumber daya gas yang besar tersebut.

“Ini kan lagi dikaji hasilnya kan baru dites, kita harapkan ini penemuan yang besar karena yang ditemukan itu lapisannya tebal,” kata Fatar saat dikonfirmasi.

Berdasarkan data milik SKK Migas, proyeksi lifting LNG 2022 mencapai 197,6 kargo yang berasal dari Kilang LNG Bontang dan Tangguh masing-masing 81 kargo dan 116,6 kargo. Dari keseluruhan lifting itu, 140 kargo rencananya bakal diekspor sementara sisanya digunakan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik.

Sementara itu, realisasi lifting LNG hingga paruh pertama 2022 baru mencapai 88,5 kargo. Perinciannya, Kilang LNG Bontang menghasilkan 38,3 kargo dan Tangguh sebanyak 50,2 kargo. Hingga Semester I/2022, terdapat 62,1 kargo yang telah dikirim untuk pasar ekspor dan sisanya untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper