Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Gas Naik, Pakar Minta Pemerintah Kejar Produksi LNG di Dua Lokasi Ini

Fokus pada dua lapangan Migas besar itu dapat ikut meningkatkan produksi LNG di dalam negeri di tengah permintaan yang besar dari pasar non-tradisional tahun ini. Dengan demikian, pemerintah dapat memenuhi permintaan dari pembeli baru di luar kontrak perdagangan yang sudah terjalin selama ini.
Fasilitas terminal dan pengelolaan gas terapung (Floating Storage and Regasification/FSRU) gas alam cair (LNG) Lampung PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). /PGN
Fasilitas terminal dan pengelolaan gas terapung (Floating Storage and Regasification/FSRU) gas alam cair (LNG) Lampung PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). /PGN

Bisnis.com, JAKARTA — Energy Watch Mamit Setiawan meminta pemerintah untuk mempercepat upaya peningkatan lifting gas bumi untuk mengakselerasi produksi gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) di tengah permintaan yang tinggi dari sejumlah negara yang ingin lepas dari pasokan Rusia pada tahun ini.

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan berpendapat terdapat dua lapangan Migas potensial yang dapat dipacu dalam waktu dekat untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi pada komoditas gas alam cair tersebut. Menurut Mamit, pemerintah mesti memastikan pembangunan fasilitas Train 3 LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat dapat rampung pada triwulan pertama 2023.

Di sisi lain, Mamit mengatakan, pemerintah dapat mengalokasikan sebagian produksi gas Lapangan Unitisasi Gas Jambaran Tiung Biru (JTB) di Bojonegoro, Jawa Timur untuk produksi LNG di tengah momentum harga komoditas itu yang tertahan tinggi di pasar dunia.

“Jambaran Tiung Biru ini berpotensi untuk dikemas menjadi LNG karena sejauh ini mereka produksinya cukup besar tapi marketnya belum menyerap semuanya,” kata Mamit saat dihubungi, Senin (18/7/2022).

Dia berharap fokus pada dua lapangan Migas besar itu dapat ikut meningkatkan produksi LNG di dalam negeri di tengah permintaan yang besar dari pasar non-tradisional tahun ini. Dengan demikian, pemerintah dapat memenuhi permintaan dari pembeli baru di luar kontrak perdagangan yang sudah terjalin selama ini.

“Banyak permintaan dari China, Korea, Eropa, tetapi karena di dalam negeri sucah cukup penuh dan terikat kontrak exiisting agak sulit kita,” tuturnya.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan realisasi lifting gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) tidak bakal memenuhi target yang ditetapkan pada akhir 2022. Sementara permintaan LNG dari beberapa negara Eropa belakangan meningkat di tengah disrupsi pasokan energi Rusia pada tahun ini.

Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan melesetnya perkiraan lifting LNG pada tahun ini sebagian besar dipengaruhi karena lambannya pembangunan fasilitas Train 3 LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Provinsi Barat pada kuartal pertama 2023.

“Produksi LNG semester II dari target agak kurang ya karena kan Train 3 sendiri kan agak lambat ya,” kata Fatar saat ditemui di Kantor SKK Migas, Jakarta, Senin (18/7/2022).

Proyek LNG Tangguh dikerjakan secara gabungan antara British Petroleum sebagai operator dan pemerintah Indonesia sebagai kontraktor dengan luas mencapai 5.966,9 kilometer persegi.

Produksi LNG dimulai pada Juni 2009, dan kargo LNG pertama dikirim pada Juli 2009. Proyek LNG Tangguh menghasilkan 7,6 juta ton LNG setiap tahunnya melalui Train 1 dan 2.

Saat ini sedang dikembangkan proyek Train 3, dengan estimasi nilai investasi sebesar US$8,9 miliar dan akan menghasilkan 3,8 juta ton LNG per tahun. Hasil produksi Train 3 akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan gas domestik termasuk untuk pembangkit listrik PT PLN (Persero).

Di sisi lain, Fatar mengatakan, potensi tambahan produksi LNG mendatang bakal ikut didukung dengan temuan cadangan Migas yang cukup besar di Blok Andaman II yang dikerjakan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Premier Oil, bagian dari Harbour Energy Company yang terletak 150 kilometer lepas pantai Aceh. Berdasarkan pengujian, sumur mengalirkan gas sebesar 27 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan 1.884 barel kondensat per hari (BOPD).

Adapun, berdasarkan keterangan yang diterima Bisnis, Blok Andaman II yang baru berhasil diidentifikasi itu diperkirakan memiliki sumber daya gas bumi mencapai 6 triliun kaki kubik (trillion cubic feet/TFC). Hanya saja, Fatar mengatakan, lembagannya masih perlu mengkaji lebih dahulu ihwal perkiraan potensi sumber daya gas yang besar tersebut.

“Ini kan lagi dikaji hasilnya kan baru dites, kita harapkan ini penemuan yang besar karena yang ditemukan itu lapisannya tebal,” kata Fatar saat dikonfirmasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper